Jokowi Resmikan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM- Presiden Indonesia Joko Widodo meresmikan kereta api berkecepatan tinggi pertama di Asia Tenggara pada hari Senin (2/10) ketika kereta tersebut akan mulai beroperasi secara komersial, sebuah proyek utama di bawah inisiatif infrastruktur Belt and Road China yang secara drastis akan mengurangi waktu perjalanan antara dua kota di jalur utama tersebut.
Proyek ini mengalami penundaan dan peningkatan biaya, dan beberapa pengamat meragukan manfaat komersialnya. Namun Jokowi telah memperjuangkan jalur kereta api sepanjang 142 kilometer (88 mil), yang telah mengeluarkan izin operasi resmi dari Kementerian Perhubungan pada hari Minggu (1/10).
Proyek senilai US$7,3 miliar (setara Rp 113 trilun), yang sebagian besar didanai oleh China, dibangun oleh PT Kereta Cepat Indonesia-China, yang dikenal sebagai PT KCIC, sebuah perusahaan patungan antara konsorsium empat perusahaan milik negara Indonesia dan China Railway International Co. Ltd.
Kereta api ini menghubungkan Jakarta dengan Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat yang padat penduduknya, dan akan memangkas waktu perjalanan antar kota dari tiga jam saat ini menjadi sekitar 40 menit. Dan penggunaan energi listrik diharapkan dapat mengurangi emisi karbon.
Jokowi dalam sambutan pembukaannya secara resmi menyebut kereta api berkecepatan tinggi pertama di Indonesia, tercepat di Asia Tenggara, dengan kecepatan hingga 350 kilometer per jam (217 mph), sebagai “Whoosh,” kependekan dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Handal. “Kereta cepat Jakarta-Bandung menandai modernisasi transportasi massal kita yang efisien dan ramah lingkungan,” kata Jokowi.
“Keberanian kita untuk mencoba hal-hal baru memberikan kita kepercayaan diri dan kesempatan untuk belajar dan akan sangat berguna untuk masa depan, menjadikan sumber daya manusia kita semakin maju dan bangsa kita semakin mandiri,” katanya.
Jokowi, bersama para pejabat tinggi lainnya, mengendarai Whoosh dari stasiun pertamanya, Halim di Jakarta Timur, ke stasiun Padalarang di Bandung, salah satu dari empat stasiun di jalur tersebut, yang terletak sekitar 30 kilometer (18 mil) dari kawasan pusat kota Bandung.
Dia melakukan uji coba kereta selama 25 menit pada 13 September dan mengatakan kepada wartawan bahwa dia merasa nyaman duduk atau berjalan di dalam kereta peluru bahkan pada kecepatan tertinggi.
Perdana Menteri China, Li Qiang, melakukan uji coba awal bulan lalu saat mengunjungi Jakarta untuk melakukan pembicaraan selama tiga hari dengan para pemimpin Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan negara-negara lain.
Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengatakan China Railway telah setuju untuk mentransfer teknologinya ke Indonesia sehingga di masa depan kereta api berkecepatan tinggi dapat diproduksi di dalam negeri.
Selama dua pekan menjelang peresmian, PT KCIC telah menjalankan uji coba publik secara gratis.
Indonesia memulai proyek ini pada tahun 2016. Jalur ini awalnya diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2019, namun tertunda karena perselisihan mengenai pembebasan lahan, masalah lingkungan hidup, dan pandemi COVID-19. Rencananya akan menelan biaya 66,7 triliun rupiah (US$4,3 miliar), namun jumlahnya membengkak menjadi 113 triliun rupiah (US$ 7,3 miliar).
Kereta api tersebut telah dimodifikasi sesuai iklim tropis Indonesia dan dilengkapi dengan sistem keselamatan yang mampu merespons gempa bumi, banjir, dan kondisi darurat lainnya. Kereta sepanjang 209 meter (685 kaki) ini berkapasitas 601 penumpang.
Harga tiket belum final pada hari Senin, namun PT KCIC memperkirakan harga sekali jalan per penumpang akan berkisar dari 250.000 rupiah untuk kelas dua hingga 350.000 rupiah untuk kursi VIP.
Penumpang menuju pusat kota Bandung perlu naik kereta pengumpan dari stasiun Padalarang yang akan menambah 20 menit lagi, dengan perkiraan biaya sekitar 50.000 rupiah.
Kesepakatan kereta api ditandatangani pada bulan Oktober 2015 setelah Indonesia memilih China dibandingkan Jepang dalam penawaran yang sengit. Proyek ini dibiayai dengan pinjaman dari China Development Bank sebesar 75% dari biaya. Sisanya sebesar 25% berasal dari dana konsorsium sendiri.
Proyek ini merupakan bagian dari rencana jalur kereta berkecepatan tinggi sepanjang 750 kilometer (466 mil) yang akan melintasi empat provinsi di pulau Jawa, dan berakhir di kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya.
Sebagai raksasa ekonomi global, China adalah salah satu sumber investasi asing langsung terbesar di Asia Tenggara, wilayah yang dihuni oleh lebih dari 675 juta orang. Di tengah tindakan keras yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya, China memperluas perdagangan dengan negara-negara ASEAN dan proyek infrastruktur memainkan peran penting.
Kereta api semi-kecepatan tinggi, dengan kecepatan hingga 160 kilometer per jam (99 mph), menghubungkan China dengan Laos diresmikan pada bulan Desember 2021. Infrastruktur senilai US$6 miliar tersebut sebagian besar dibiayai oleh China berdasarkan kebijakan Belt and Road. Rute sepanjang 1.035 kilometer (643 mil) melintasi pegunungan Laos untuk menghubungkan kota Kunming di tenggara China dengan Vientiane, ibu kota Laos.
Ada rencana kereta berkecepatan tinggi melintasi Thailand dan Malaysia ke Singapura. (dengan AP)â
Editor : Sabar Subekti
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...