Juara Tidak Harus dari Negara Tradisi Kuat Bulu Tangkis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Yacob Rusdianto mengatakan apabila ingin mencetak seorang pebulu tangkis handal maka tidak harus berlatih di negara yang memiliki tradisi dan sejarah kuat bulu tangkis tingkat dunia seperti Indonesia, Tiongkok, Malaysia, Korea dan Malaysia.
“Saya senang bulu tangkis itu tidak harus dari negara bulu tangkis menjadi juara, karena di bulu tangkis siapa pun yang mau berlatih dengan keras dan bisa menjadi juara,” kata Ketua Dewan Pengawas Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Yacob Rusdianto dalam perbincangan dengan Radio Republika Indonesia, Senin (6/4) seperti dikutip dari rri.co.id.
Yacob memberi contoh pebulu tangkis yang dia maksud adalah Carolina Marin yang baru saja meraih gelar juara tunggal putri di Kejuaraan Maybank Malaysia Open 2015.
Carolina Marin meraih gelar juara setelah menang atas andalan Tiongkok, Li Xuerui pada partai puncak yang digelar Minggu (5/4) di Stadion Putra, Kompleks Olahraga Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Dia (Carolina Marin) mencari lawan tanding dan mencari guru, maka dia bisa,” Yacob menambahkan.
Sebelumnya, Marin juga sukses menyabet titel bergengsi All England 2015. Yacob menjelaskan, Marin bukan sosok yang baru bagi bulu tangkis Indonesia karena pebulu tangkis asal Spanyol itu pernah berlatih dan berguru di Pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur, dan Surabaya.
Menurut dia, jika atlet Indonesia dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk berlatih, tidak mustahil akan mampu bersaing di kancah bulu tangkis dunia.
Selain Marin, pemain Eropa lainnya yang patut diperhitungkan adalah Petya Nedelcheva dari Bulgaria. Sama dengan Spanyol, bulu tangkis di Bulgaria kurang mendapatkan tempat. Kini, Marin menduduki peringkat kedua dunia di bawah andalan tunggal putri India, Saina Nehwal.
“Siapa pun berlatih keras melalui iptek, video atau teknologi, maka pemain Indonesia bisa menjadi yang terbaik,” Yacob menegaskan.
Indonesia pernah berjaya di sektor tunggal putri, begitu pula di putra. Indonesia memiliki Susi Susanti dan Mia Audina. Kini, sektor tunggal Indonesia menjadi sorotan karena prestasinya terus merosot. PP PBSI pun terus berbenah.
“Teknologi baru membuat orang menjadi kuat, lincah dan percaya diri, itu harus dimanfaatkan. Indonesia tidak berputus asa. Dengan jumlah atlet yang berlimpah, Indonesia bisa mempunyai tunggal dan bisa bersaing di kancah internasional,” Yacob mengakhiri penjelasannya. (rri.co.id).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...