Jully: Tangan Tuhan Gerakkan Pemerintah Kembangkan Pendidikan Robotik
TANGERANG SELATAN, SATUHARAPAN.COM – Kata robotik masih awam bagi sebagian masyarakat Indonesia, karena pendidikan dan robot belum menjadi acuan di berbagai daerah di luar Jakarta.
Bagi Pendiri dan Pemilik Rumah Robot Indonesia, Jully Tjindrawan, adanya pendidikan robot di seluruh kabupaten di Indonesia merupakan impian yang harus diwujudkan.
“Saya mungkin akan merasa rejoice (bersuka cita, red) kalau robotik itu ada di setiap kabupaten di Indonesia,” kata Jully dalam perbincangan dengan satuharapan.com, setelah dia menyampaikan presentasi tentang Robot Indonesia dalam acara Coffee Writer Break di Gedung Panin Dai Ichi Life Insurance, Ruko Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, hari Sabtu (2/4).
Jully percaya tangan Tuhan akan menggerakan para sponsor dan menggugah kesadaran pemerintah daerah setempat agar kooperatif.
“Saya percaya Indonesia sekarang ini kan memasuki era revolusi mental, karena revolusi mental ini kan tandanya harus rajin. Tanpa rajin nggak jadi semua, saya percaya security (keamanan, red), education (pendidikan, red) dan techology (teknologi, red) tiga komponen inilah yang penting untuk Indonesia, dan harus ada,” Jully menambahkan.
Fase Menjalani Masa Kerja
Menceritakan kiprahnya, Jully mengemukakan ada beberapa tahapan penting seseorang menjalani dunia kerja.
Perempuan kelahiran 1971 itu menegaskan dari langkah hidupnya ada tiga tahap yang telah dia lalui. Dia mengutarakan telah melewati tahap believe (percaya). “Artinya saya tahap percaya dan dipercayai. Ayah saya bilang ya sudah lah dijalani saja lah jalanmu di robot, walau itu susah banget,” kata dia.
Tahap receive (menerima), Jully mengemukakan dari tahap tersebut maka seseorang akan menerima banyak berkat dari Tuhan, karena telah menabur banyak berkat bagi sesama melalui pekerjaannya.
“Fase berikutnya yakni enjoy (menikmati, red), saya tidak akan mengeluh lagi setelah mendapat pekerjaan yang baik, saya tidak akan merengek-rengek kepada Tuhan, begitu, fase ini juga masa ketekunan,” kata dia.
Jully menyebut tahap ini dia belum mencapai fase tahapan yang bersuka cita yakni rejoice, karena dia mendefinisikan rejoice sebagai bergembira karena keberhasilan dalam kerja namun tetap tidak melupakan Tuhan.
“Saya selalu bilang kepada staf robotik, tongkat estafet saya sudah di kalian. Nah kalian yang harus jalanin, karena saya ingin rejoice dan kalian akan mengalami ini dan kita akan meningkatkan tidak hanya penjualan, tapi kualitas hidup kita dan banyak orang,” kata perempuan yang memiliki tiga putra tersebut.
Jully mengemukakan seorang karyawan atau pengusaha untuk dapat masuk fase rejoice berbeda karena bergantung kepada perilaku setiap orang dalam bekerja.
“Kalau saya benar-benar rejoice adalah saya dalam fase bersuka cita, ya itu tadi, apa yang saya dapat sekarang (robot, red) belum saya dapat untuk indonesia, walaupun saya sudah punya murid banyak, tapi kalau di Indonesia belum banyak yang paham tentang itu (robot, red), ya pemerintah harus turun tangan,” kata dia.
Perempuan yang menempuh seluruh pendidikan tinggi di Amerika Serikat ini mengemukakan apabila saat ini pemerintah melalui kementerian terkait mengupayakan robot untuk pendidikan maka dia merasa puas dan lega.
“Karena kalau upaya pemerintah akan dimulai, bila ada dukungan orang kuat agar projek ini bisa lolos dan terlaksana demi Indonesia itu yang saya tunggu tunggu,” kata Jully.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...