Jurnalis AS Ditahan di Lebanon
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Badan keamanan negara Lebanon mengkonfirmasi laporan bahwa pihaknya menangkap seorang jurnalis Amerika Serikat atas tuduhan menyiarkan langsung protes kekerasan baru-baru ini di Beirut untuk sebuah harian Israel, Haaretz.
"Mengikuti berita media sosial tentang seseorang yang telah menyiarkan langsung acara-acara di pusat kota Beirut untuk harian Haaretz Israel, patroli keamanan negara berhasil melacak dan menemukan keberadaan dan mencurigai seseorang yang telah merekam video yang sama yang muncul di halaman koran musuh. Dia kemudian dibawa untuk ditanyai,” kanta kantor berita nasional Lebanon (NNA) melaporkan mengutip pernyataan yang dikeluarkan oleh Keamanan Negara.
Otoritas keamanan Lebanon mengidentifikasi warga AS yang mengaku sebagai jurnalis lepas, sebagai Nicholas A.
Jaksa Penuntut Umum Lebanon, Ghassan Oueidat, merujuk warga negara AS itu ke intelijen militer negara untuk diinterogasi dan diselidiki, kata departemen itu.
Kawasan di luar parlemen Lebanon dipenuhi oleh wartawan, banyak di antaranya adalah koresponden untuk kantor berita internasional.
Liputan internasional tentang protes selama tiga bulan di Lebanon telah meningkat dalam dua hari terakhir ketika kekerasan memburuk.
Seorang saksi mata, yang berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan, mengatakan pria muda itu dibawa pergi oleh pria berpakaian hitam yang memasukkannya ke mobil sipil dan pergi.
Dibebaskan
Menurut sejumlah laporan jurnalis itu telah dibebaskan pada hari Selasa (21/1), meskipun kebebasan pers dan aktivis hak asasi manusia, serta jurnalis Libanon dan asing yang bekerja di Beirut terus menyatakan keprihatinan tentang kekerasan yang diarahkan terhadap wartawan oleh pasukan keamanan dalam beberapa hari terakhir.
The Samir Kassir Foundation, sebuah kelompok kebebasan pers yang bermarkas di Lebanon, mengatakan dalam sebuah pernyataan Senin bahwa mereka telah mengkonfirmasi lebih dari 20 serangan dan pelanggaran lain terhadap pekerja media di Lebanon sejak 14 Januari, dan setidaknya 75 kasus sejak awal protes massa terhadap 17 Oktober 2019.
Sebagian besar serangan datang dari pasukan keamanan, tetapi juga dari "pengunjuk rasa anti-revolusi dan juga dari pengunjuk rasa sendiri," kata Direktur Eksekutif yayasan itu Ayman Mhanna mengatakan kepada Al Arabiya.
Penangkapan wartawan lepas Nicholas Frakes pada Minggu malam terjadi di tengah konfrontasi dalam protes massa Lebanon selama sepekan terakhir, dengan ratusan orang terluka dalam bentrokan antara pemrotes dan pasukan keamanan.
Frakes mengeluarkan pernyataan setelah pembebasannya dan mengatakan dia berharap untuk kembali bekerja. “Saya senang bahwa saya telah dibebaskan dari tahanan dan sangat berterima kasih atas cinta dan dukungan yang telah saya terima dari rekan-rekan saya yang luar biasa di sini di Lebanon dan di seluruh wilayah," katanya.
Haaretz mengatakan dalam sebuah pernyataan di situs webnya bahwa video tersebut berasal dari layanan kantor berita Reuters, dan bahwa "tidak ada wartawan yang melapor untuk surat kabar itu tentang protes dari Beirut, dan tidak ada koneksi dengan warga AS yang ditahan."
"Fakta bahwa (Frakes) dibersihkan hari ini berarti bahwa seseorang melakukan kesalahan dengan menangkapnya atas tuduhan ini, dan kami akan melihat apakah mereka yang melakukan kesalahan ini akan dimintai pertanggungjawaban," kata Mhanna.
Sementara itu, wartawan dan advokat Lebanon telah melancarkan kampanye yang mengecam kekerasan oleh pasukan keamanan, khususnya penembakan gas air mata dan peluru karet dari jarak dekat, yang menurut Human Rights Watch menyebabkan beberapa "cedera serius," termasuk setidaknya satu kasus di mana seorang pemrotes diduga menjadi buta.
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...