Jurnalis China Muncul Kembali Setelah Dua Bulan Hilang
WUHAN, SATUHARAPAN.COM-Seorang jurnalis warga di China yang memposting video tentang situasi pandemi virus corona di kota Wuhan telah muncul kembali setelah hilang selama hampir dua bulan. Dia mengatakan dalam video di YouTube bahwa dia telah dikarantina secara paksa. Li Zehua, 25 tahun, adalah satu dari tiga jurnalis warga yang hilang di Wuhan.
Sebuah video yang dia terbitkan pada 20 Februari menunjukkan kuli yang disewa untuk mengangkut mayat orang-orang yang tampaknya meninggal karena virus corona. Video itu dilihat 850.000 kali di YouTube, yang kemudian diblokir di China.
Beberapa hari kemudian, dia memposting rekaman video langsung dari polisi yang datang ke rumahnya. Dia kemudian tidak terdengar sampai video barunya diposting pada hari Rabu (22/4).
Dua jurnalis warga lainnya, Chen Qiushi dan Fang Bin, yang menurut laporan media memposting video cuplikan tentang rumah sakit dan mayat yang ditumpuk di dalam minibus. Keduanya belum muncul kembali di depan umum.
Ibu Chen mengatakan, sebelumnya dia hilang sementara Fang juga memposting video tentang polisi yang mengetuk pintunya. Namun pihak berwenang China tidak memberi komentar publik tentang salah satu dari ketiganya.
Permintaan Penyelidikan
Anggota Kongres Amerika Serikat, Jim Banks, pada 31 Maret lalu meminta Departemen Luar Negeri AS untuk mendesak China untuk menyelidiki hilangnya ketiga jurnalis warga., namun juru bicara kementerian luar negeri China, Hua Chunying, menolak seruan Banks pada saat itu, dengan mengatakan itu "sepenuhnya didasarkan pada pesan dan informasi yang dibuat-buat".
Li, dalam video barunya yang diposting pada hari Rabu (22/4), mengatakan polisi membawa dia dari apartemennya di Wuhan pada 26 Februari dan menanyainya di kantor polisi karena dicurigai mengganggu ketertiban umum.
Dia mengatakan bahwa setelah hampir 24 jam, kepala kantor polisi mengatakan kepadanya bahwa dia tidak akan dituntut, tetapi harus menjalani karantina, karena dia telah pergi ke daerah-daerah berisiko tinggi, seperti krematorium.
Li mengatakan dia dikarantina di sebuah hotel sampai 14 Maret, dan kemudian diantar ke kota asalnya, di mana dia dikarantina selama 14 hari. Dia mengatakan polisi telah meminta dia memberikan perangkat elektroniknya kepada seorang teman saat dia berada di karantina.
Menyebut Kasus Tiananmen
Tidak jelas mengapa Li memilih untuk mengirim video baru dengan menceritakan pengalamannya, yang katanya dibuat pada 16 April, tiga pekan setelah karantina terakhirnya berakhir.
Li tidak segera menanggapi permintaan komentar dan polisi Wuhan tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar pada hari Kamis (23/4).
Dalam video di YouTube yang direkam pada akhir Februari, beberapa saat sebelum Li membuka pintu untuk membiarkan polisi masuk, mantan pegawai televisi pemerintah itu berbicara tentang ambisinya untuk berbicara mewakili rakyat.
Dia juga menyesalkan apa yang dikatakannya adalah idealisme langka di antara orang-orang muda dan menggunakan eufemisme untuk merujuk pada protes mahasiswa yang menyebabkan penumpasan di Lapangan Tiananmen, Beijing pada tahun 1989, subjek yang tabu bagi Partai Komunis China yang berkuasa. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...