Jurnalis Prancis Tinggalkan Tiongkok Setelah Diusir
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Seorang reporter Prancis yang diusir oleh Tiongkok setelah dituduh mendukung terorisme karena mengkritik kebijakan pemerintah mengenai Muslim Xinjiang, sedang bersiap untuk meninggalkan negara itu, Kamis (31/12).
Beijing menolak untuk memperbarui surat tugas Ursula Gauthier, koresponden Tiongkok untuk majalah France's L'Obs, setelah dia menulis sebuah artikel yang mempertanyakan perbandingan antara terorisme global dan kerusuhan di tanah minoritas etnis Uighur.
Guthier memiliki firasat kuat tentang hari terakhirnya di Beijing, dia mengatakan kepada AFP saat dia mengemasi barang-barangnya dan menyelesaikan sebuah artikel sebelum pergi ke bandara untuk melakukan penerbangan tengah malam sebelum visanya berakhir.
“Semua yang terjadi sangat menyakitkan dan aneh,” tambahnya.
Dalam artikelnya untuk L’Obs, Gauthier mempertanyakan motif Tiongkok dalam mengungkapkan simpati untuk para korban dari serangan Paris 13 November lalu. Dia menulis bahwa sikap tersebut ironis mengingat Beijing menerapkan kebijakan keras terhadap Muslim Uighur di Xinjiang dengan alasan memerangi terorisme global.
Wartawan veteran tersebut, yang sudah tinggal bertahun-tahun di Tiongkok, mengindikasikan bahwa kekerasan yang dilakukan kelompok Uighur terhadap warga sipil di sana – tempat bentrokan menewaskan ratusan orang dalam beberapa tahun – sebagian didorong oleh kebencian terhadap kebijakan pemerintah.
“Saya tidak menulis bahwa saya mendukung terorisme, Saya tidak pernah mendukung terorisme dalam artikel saya,” ujarnya kepada AFP.
“Saya hanya menjelaskan bahwa kemarahan Uighur datang dari suatu tempat, seperti kami bisa menjelaskan asal kemarahn dari para pemuda Arab yang menjadi radikal, ada akar dari hal itu,” tambahnya. (AFP)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...