Kabut Asap Indonesia Buat Kesal Turis dan Warga Singapura
SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM — Polusi udara di Singapura mencapai tingkat tertinggi selama setahun terakhir pada hari Kamis (10/9), sementara kabut bercampur asap dari kebakaran hutan Indonesia menyelimuti langit negara pulau itu, membuat kesal turis dan menggelisahkan pemerintah beberapa jam sebelum pemilu.
Pollutant Standards Index (Indeks Standar Polutan), pengukuran polusi udara Singapura yang utama, mencapai 160 pada Kamis siang, di atas indeks resmi "tidak sehat" yaitu 100, menurut Badan Lingkungan Nasional. Indeks di atas 200 dianggap "sangat tidak sehat" khususnya untuk anak-anak, orang tua, dan pengidap penyakit jantung dan paru-paru.
Pada tahun 2013, indeks tersebut mencapai rekor tertinggi, 401, jauh di atas indeks "berbahaya" yaitu 300.
"Cukup mengecewakan. Kami tidak mengharapkan ini sama sekali," kata Ken Ridden, yang baru saja tiba dari Queensland, Australia, untuk perjalanan selama lima hari bersama istrinya, anak perempuan dan laki-lakinya, seperti dikutip voaindonesia.com.
"Kami melihat foto-foto yang bagus di brosur, tapi di mana-mana ada kabut bercampur asap," katanya, sambil menunjuk ke langit kota tersebut yang hampir tidak kelihatan.
Namun hal ini berbeda dengan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun (BMKG) Pekanbaru. BMKG Pekanbaru mengatakan bahwa kondisi udara di Singapura dan Malaysia hari Kamis (10/9), masih aman atau belum tercemar asap.
Analis BMKG Pekanbaru Slamet Riyadi mengatakan bahwa kondisi bandara di dua negara itu pada hari Kamis masih aman dan beraktivitas seperti biasa. Dia menambahkan, untuk jarak pandang di Singapura memang sempat terganggu, namun bukan karena asap melainkan haze atau kabut embun.
"Laporan yang kami terima dari bandara dua negara tersebut, kondisinya masih aman. Asap Sumatera apalagi Riau tidak sampai ke sana," kata Slamet Riyadi seperti dikutip Antara.
Menuntut Indonesia Bertanggung Jawab
Sepanjang minggu, tingkat polusi udara terus meningkat, mengganggu kampanye pemilihan parlemen hari Jumat. Namun, warga Singapura tidak punya pilihan lain selain memilih. Semua warga Singapura berusia 21 dan seterusnya diwajibkan memilih.
"Mereka membakar hutan, dan asapnya sampai ke sini. Apa yang bisa kita lakukan tentang hal ini?" kata Perdana Menteri Lee Hsien Loong kepada orang banyak saat berkampanye pada hari Selasa (8/9).
Ia mengatakan negaranya telah bekerja sama dengan Indonesia untuk memperbaiki masalah ini, tapi ia mengatakan, Indonesia sendiri yang harus menyelesaikan masalah tersebut. "Pemerintah Indonesia kooperatif, namun berbeda dengan sikap di kalangan masyarakat," ujar Lee.
Pada bulan Januari, Indonesia meratifikasi kesepakatan regional yang telah lama dinanti-nanti tentang polusi kabut asap yang mengikat 10 anggota ASEAN. Kesepakatan tersebut menuntut Indonesia untuk mengambil langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut melalui upayanya sendiri dan kerja sama internasional. Bila tidak, Indonesia harus bertanggung jawab atas dampak kabut asap itu di negara-negara tetangga.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...