Kain Kafan Turin Mengandung DNA Tumbuhan dari Seluruh Dunia
SATUHARAPAN.COM – Sekelompok peneliti Italia telah menemukan bahwa kain sepanjang 4,3 meter ini—diyakini oleh beberapa orang sebagai kain kafan Yesus Kristus, meskipun penelitian ilmiah menunjukkan bahwa itu tidak tepat—mengandung DNA (deoxyribonucleic acid/ asam deoksiribonukleat) dari tanaman ditemukan di seluruh bumi. DNA adalah molekul dalam tubuh makhluk hidup yang menyimpan informasi khas tiap makhluk hidup.
“Di sini kami melaporkan temuan-temuan utama dari analisis genome DNA yang diekstrak dari partikel debu yang disedot dengan proses vakum dari bagian kain yang digunakan untuk penanggalan radiokarbon,” Dr. Gianni Barcaccia, guru besar genetika tanaman dan genomik di University of Padova di Italia, menulis dalam sebuah makalah yang ditulis bersama dengan rekan-rekannya tentang hasil DNA.
Setelah meneliti DNA dari serbuk sari dan debu yang ditemukan di kain kafan, para peneliti menemukan beberapa kelompok tanaman asli Mediterania, RealClearScience.com melaporkan. Kelompok tanaman lain terkait dengan Asia, Timur Tengah, atau Amerika. Tetapi, DNA menempel di waktu kemudian sejak periode Abad Pertengahan, menurut para peneliti.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports pada 5 Oktober, menunjukkan bahwa kain mungkin telah diproduksi di India dan kemudian diangkut dari Timur Dekat ke rumah saat ini di Turin, Italia.
Linen kafan muncul untuk menampilkan gambar ganda dari pria berjanggut “yang menderita trauma fisik dengan cara yang konsisten dengan penyaliban setelah dipukuli, dicambuk, dan dimahkotai duri,” tulis para peneliti. Tapi apakah orang ini adalah Yesus Kristus telah menjadi subjek dari penelitian, spekulasi, dan kontroversi atas keasliannya dan asalnya selama beberapa dekade terakhir.
Pada 1988, pengujian karbon-14 dilakukan pada kain oleh tim peneliti internasional. Hasilnya, serat kain kafan bertarikh antara 1260 dan 1390. Ini artinya lewat 1.000 tahun setelah penyaliban. Yang berarti, tentu saja, kain kafan bukanlah relikui Yesus Kristus.
Tapi, sebuah studi tahun 2005 oleh seorang ahli kimia pensiunan dari Los Alamos National Laboratory menyangkal temuan itu, dengan alasan bahwa bahan yang diuji pada tahun 1988 berasal dari tambalan kafan di abad pertengahan. Studi pada 2005 menempatkan usia kafan itu sekitar 1.300 sampai 3.000 tahun. (huffingtonpost.com)
Pengadilan Swedia Hukum Politisi Sayap Kanan Karena Menghina...
MALMO-SWEDIA, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan Swedia menjatuhkan hukuman pada hari Selasa (5/11) kepada s...