Kaisar Jepang dan Presiden Joe Biden Akan Hadiri Pemakaman Ratu Elizabeth

TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Kaisar Jepang Naruhito berencana untuk menghadiri pemakaman Ratu Inggris Elizabeth, sementara Perdana Menteri Fumio Kishida juga dapat hadir, kata media Jepang.

Ini akan menjadi perjalanan luar negeri pertama Naruhito sejak naik takhta pada Mei 2019. Permaisuri Masako juga telah menyatakan keinginannya untuk hadir, dan pemerintah Jepang mengatur perjalanan mereka, NTV, TBS dan media lainnya mengatakan pada hari Jumat, mengutip sumber-sumber pemerintah.

Kishida sedang mempertimbangkan untuk menghadiri pemakaman itu, yang menurut Inggris akan diadakan dalam waktu kurang dari sepekan, sebelum mengunjungi New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB akhir bulan ini, TV Asahi melaporkan pada hari Sabtu (10/9). Presiden AS, Joe Biden, mengatakan dia akan menghadiri pemakaman raja terlama di Inggris itu.

Kantor Perdana Menteri dan Badan Rumah Tangga Kekaisaran tidak dapat segera dihubungi di luar jam kerja untuk mengomentari laporan tersebut.

Bangsawan Inggris dan keluarga kekaisaran Jepang memiliki hubungan yang sudah lama terjalin. Kaisar telah diundang ke Inggris oleh ratu pada tahun 2020, tetapi perjalanan itu ditunda karena pandemi.

Ratu Elizabeth, yang mengunjungi Jepang pada tahun 1975 untuk bertemu dengan Kaisar Hirohito saat itu, memberikan "kontribusi besar" untuk memperkuat hubungan Jepang dengan Inggris, kata Kishida pada hari Jumat.

Juga menyampaikan belasungkawa, Naruhito, yang belajar di Universitas Oxford pada 1980-an, "sangat sedih" dengan kematian ratu, kata Badan Rumah Tangga Kekaisaran. Masako juga belajar di Oxford.

Kaisar dan permaisuri berkabung selama tiga hari pada hari Jumat karena mereka merasakan "kesedihan yang mendalam dan belasungkawa yang tulus," pihak agensi mengumumkan.

Jarang seorang kaisar Jepang menghadiri pemakaman kerajaan di luar negeri. Pada tahun 1993, Kaisar Akihito, sekarang kaisar emeritus, menghadiri pemakaman kenegaraan Raja Baudouin dari Belgia dengan Permaisuri Michiko saat itu. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti