Kalau Umur Panjang, Indonesia akan Lihat Presiden Berani
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Saya tidak tahu kapan kita bisa punya presiden yang betul-betul berani menegakkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tapi saya percaya bahwa suatu hari kalau kita umur panjang, Indonesia akan melihat itu. Kita akan punya presiden yang berani,” demikian Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memotivasi keluarga korban Peristiwa Mei 1998 pada acara Peletakan Batu Pertama Prasasti Jarum Mei 1998, Minggu (18/5) di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Dalam pidatonya itu Basuki mengatakan tugas utama negara adalah mewujudkan keadilan sosial sedangkan pemerintah bertugas mengadministrasi keadilan sosial itu agar bisa terwujud. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
“Pertama, kalau hari ini, yaitu 16 tahun reformasi kita belum melihat keadilan sosial, mungkin itu adalah karena masih banyak pejabat yang menerima suap sehingga ia membengkokkan keadilan sosial itu,” tutur sosok yang kini menjabat wakil gubernur itu.
Hal kedua yang patut dikritik menurut Ahok adalah dampak buruk dari sistem pemilihan langsung yang membuat para pejabat lebih takut kepada konstituennya daripada taat kepada konstitusi.
“Padahal kita kan disumpah untuk mewujudkan keadilan sosial dan taat kepada konstitusi. Tetapi karena takut kehilangan kursi, banyak pejabat yang akhirnya lebih menuruti sekelompok kecil konstituen,” katanya lagi. “Tapi saya juga percaya suatu hari akan muncul pejabat-pejabat yang berasal dari rakyat biasa yang akan berani taat pada konstitusi untuk melakukan perlawanan.”
Hal ketiga yang juga penting menurutnya adalah mengenai makna kematian para korban. “Saya kira tidak akan sia-sia jika orang-orang yang tidak bersalah itu mati pada Peristiwa Mei 1998. Tidak ada satu pun kematian yang sia-sia untuk semua bangsa. Kita pun tidak perlu takut mati untuk memperjuangkan ini semua. “
“Kalau memang takdirnya belum mati, ya tidak akan mati. Kalau dengan takut mati membuat saya tidak mati, maka saya mau takut mati. Masalahnya kan tidak bisa begitu. Kalau saya ditentukan mati hari ini, ya pasti mati hari ini,” kata Basuki sambil tersenyum dan disambut tawa keluarga korban, aktivis, dan mahasiswa yang hadir.
Sejarah Kebenaran Tidak Bisa Ditutupi
Pada acara yang dimotori oleh Komnas Perempuan itu, Ahok mengingatkan agar masyarakat melihat yang jauh lebih penting dari perkara makam.
“Bukan soal kuburnya yang terpenting, tapi soal bagaimana kita mengingat hal ini sehingga tragedi seperti ini tidak terulang lagi. Karena ini adalah kejahatan luar biasa! Yang perlu kita tegaskan adalah bagaimana kita melahirkan generasi yang baru dan membuat kita semua yang masih hidup untuk terus berjuang melawan kezaliman dan kesemenamenaan seperti ini,” katanya.
Lebih lanjut ia menyatakan keyakinannya bahwa kebenaran Peristiwa Mei 1998 akan terungkap. “Saya yakin masih banyak yang perlu dihukum dari peristiwa ini, tapi mereka saling menutupi agar tidak ketahuan. Kita tidak tahu kapan, tapi sejarah kebenaran tidak bisa ditutup.”
“Bapak saya selalu mengajarkan pada saya, yang namanya bau bangkai busuk tidak bisa ditutupi, suatu hari tentu akan tercium! Kita tinggal berdoa dan tunggu waktu,” ia menambahkan.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...