Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 13:54 WIB | Selasa, 23 Januari 2024

Kamerun, Negara Pertama Suntikkan Vaksin Malaria pada Anak-anak

Seorang ibu menggendong bayinya yang menerima vaksin malaria baru sebagai bagian dari uji coba di Pusat Penelitian Proyek Walter Reed di Kombewa di Kenya Barat pada 30 Oktober 2009. Kamerun memulai program imunisasi rutin pertama di dunia terhadap malaria untuk anak-anak, sebuah langkah yang diharapkan oleh para ahli akan menandai dimulainya kampanye di seluruh Afrika untuk mengurangi dampak penyakit parasit ini. (Foto: dok. AP/Karel Prinsloo)

KAMERUN, SATUHARAPAN.COM-Kamerun akan menjadi negara pertama yang secara rutin memberikan vaksin malaria baru kepada anak-anak ketika vaksin tersebut diluncurkan di Afrika.

Kampanye yang dimulai pada hari Senin (22/1) ini digambarkan oleh para pejabat sebagai tonggak sejarah dalam upaya selama puluhan tahun untuk mengekang penyakit yang ditularkan oleh nyamuk di benua tersebut, yang menyumbang 95% kematian akibat malaria di dunia.

“Vaksinasi akan menyelamatkan nyawa. Hal ini akan memberikan bantuan besar bagi keluarga dan sistem kesehatan negara tersebut,” kata Aurelia Nguyen, kepala program aliansi vaksin Gavi, yang membantu Kamerun mendapatkan suntikan vaksin.

Negara Afrika Tengah ini berharap dapat memvaksinasi sekitar 250.000 anak pada tahun ini dan tahun depan. Gavi mengatakan pihaknya bekerja sama dengan 20 negara Afrika lainnya untuk membantu mereka mendapatkan vaksin dan diharapkan negara-negara tersebut dapat mengimunisasi lebih dari enam juta anak hingga tahun 2025.

 Di Afrika, terdapat sekitar 250 juta kasus penyakit parasit ini setiap tahunnya, termasuk 600.000 kematian, sebagian besar terjadi pada anak-anak.

Kamerun akan menggunakan vaksin pertama dari dua vaksin malaria yang baru disetujui, yang dikenal sebagai Mosquirix. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung vaksin ini dua tahun lalu, dan mengakui bahwa meskipun vaksin tersebut tidak sempurna, penggunaannya masih akan secara signifikan mengurangi infeksi parah dan rawat inap.

Suntikan yang diproduksi GlaxoSmithKline hanya efektif sekitar 30%, memerlukan empat dosis dan perlindungan mulai memudar setelah beberapa bulan. Vaksin ini telah diuji di Afrika dan digunakan dalam program percontohan di tiga negara.

GSK mengatakan pihaknya hanya dapat memproduksi sekitar 15 juta dosis Mosquirix per tahun dan beberapa ahli yakin vaksin malaria kedua yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan disetujui oleh WHO pada bulan Oktober mungkin merupakan solusi yang lebih praktis. Vaksin tersebut lebih murah, memerlukan tiga dosis dan Institut Serum India mengatakan mereka dapat memproduksi hingga 200 juta dosis per tahun.

Nguyen dari Gavi mengatakan mereka berharap tersedia cukup vaksin Oxford untuk mulai mengimunisasi masyarakat pada akhir tahun ini.

Vaksin malaria tidak ada yang bisa menghentikan penularan, sehingga alat lain seperti kelambu dan penyemprotan insektisida masih sangat penting. Parasit malaria sebagian besar menyebar ke manusia melalui nyamuk yang terinfeksi dan dapat menyebabkan gejala termasuk demam, sakit kepala, dan menggigil. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home