Kampung Ketandan Kembali Gelar Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Selama tujuh hari mulai 5 sampai 11 Februari 2017 Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ke-12 (PBTY XII) akan digelar di Kampung Ketandan Kota Yogyakarta. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya pekan budaya Tionghoa nanti akan digelar selama tujuh hari. Waktu yang lebih lama ini memungkinkan pengunjung bisa leluasa untuk memilih tanggal berapa akan menikmati parade budaya dan kesenian yang disajikan.
Dengan mengangkat tema ”Pelangi Budaya Nusantara”, PBTY XII sebagai rangkaian memperingati hari raya Imlek akan menghadirkan berbagai pesona kesenian dari seluruh Nusantara.
Pembukaannya nanti akan diawali dengan karnaval budaya di sepanjang Malioboro hingga Alun-alun Utara pada tanggal 5 Februari menyuguhkan enam terbaik dari Jogja Dragon Festival III, Barongsay, Tarian Shio Ayam, Tari Kolosal Gedruk, Drumband, Naga Batik Raksasa, Naga LED, Naga Transparant, dan akan diikuti ratusan peserta yang menampilkan kostum budaya Nusantara dari 34 provinsi di Indonesia.
Selama tujuh hari, PBTY XII menampilkan berbagai even di panggung utama dan sepanjang Jalan Ketandan Yogyakarta meliputi stand kuliner/masakan Nusantara, seni pertunjukan di panggung utama Kampung Ketanda, dan Panggung hiburan musik di belakang Hotel Melia Purosani.
Kemudian Lomba Hanyu Qiao 2017, Lomba Bahasa Mandarin, Lomba Karaoke Mandarin, Dance Competition Group, Pemilihan Koko Cici Yogyakarta 2017, Penampilan Naga dan Barongsay tiap hari, pertunjukan Wayang Potehi, Pameran di Rumah Budaya Ketandan, Sarasehan Batik Peranakan dan Demo Membatik, bekerja sama dengan Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekarjagad.
Kampung Ketandan Yogyakarta
Kampung Ketandan adalah kawasan pecinan yang terletak di sebelah tenggara perempatan antara Jalan Malioboro, Jalan Margo Mulyo, Jalan Pajeksan, dan Jalan Suryatmajan.
Keberadaan Kampung Ketandan tidak terlepas dari sosok Tan Jin Sing, kapiten Tionghoa kelahiran Kedu yang menetap di Yogyakarta pada tahun 1803-1813. Pada tanggal 18 September 1813 Tan Jin Sing diangkat menjadi bupati Nayoko oleh Hamengku Buwono III ini memiliki gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Secadiningrat.
Tan Jin Sing kemudian menikah dengan kerabat keraton Yogyakarta. Tan Jin Sing merupakan salah satu keturunan Tionghoa pada jaman itu yang beragama Islam. Ia menjadi cikal bakal salah satu dari tiga keturunan Tionghoa di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, yaitu Trah Secadiningrat, sementara dua keturunan lain adalah Trah Honggodrono dan Trah Kartodirjo.
KRT Secadiningrat meninggal dunia pada 10 mei 1831. Kedudukannya sebagai Bupati Nayoko dan sekaligus Kapitan Tionghoa digantikan oleh puteranya, Raden Dadang, yang bergelar Raden Temenggung Secadiningrat II.
PBTY XII yang berlangsung 5-11 Februari 2017 dibuka mulai pukul 17.00 - 22.00 setiap harinya.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...