Kapal Imigran dari Turki Tenggelam di Italia, 63 Tewas
Imigran sebagian besar berasal dari Afghanistan, kemudian Suriah dan Pakistan.
STECCATO DI CUTRO, SATUHARAPAN.COM - Jumlah korban tewas meningkat menjadi sedikitnya 63 orang dalam tragedi migran di lepas pantai selatan Italia setelah tim penyelamat menemukan beberapa mayat lagi pada hari Senin (27/2). Ini sekali lagi menunjukkan penyeberangan perahu yang putus asa dan berbahaya dari orang-orang yang ingin mencapai Eropa. Puluhan lainnya diyakini hilang.
Setidaknya delapan dari korban tewas adalah anak-anak yang tewas setelah sebuah perahu kayu pecah di lautan akibat badai di beting lepas pantai Calabria, hari Minggu. Delapan puluh orang selamat.
“Banyak dari mereka tidak tahu cara berenang dan mereka melihat orang-orang menghilang ditelan ombak; mereka melihat mereka mati,” kata Giovanna Di Benedetto dari Doctors Without Borders, yang mengirim psikolog untuk membantu para penyintas.
Lebih banyak lagi yang dikhawatirkan tewas mengingat laporan yang selamat bahwa kapal, yang berangkat dari Turki pekan lalu, membawa sekitar 170 orang.
TV pemerintah mengutip polisi paramiliter Carabinieri yang mengatakan pada hari Senin (27/2) malam bahwa dua mayat lagi ditemukan pada sore hari, tetapi beberapa jam kemudian pusat koordinasi penyelamatan mengatakan hanya satu mayat yang ditemukan pada sore hari. Perbedaan itu tidak segera dijelaskan.
Pusat itu juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dua kapal Penjaga Pantai dan satu kapal polisi perbatasan akan terus melakukan pencarian semalaman, sementara pada hari Selasa (28/2) pagi, dua helikopter dan penyelam khusus akan melanjutkan pencarian mereka.
Pihak berwenang di selatan kota Crotone meminta kerabat untuk memberikan deskripsi dan foto orang yang dicintai untuk membantu mengidentifikasi korban tewas di kamar mayat sementara di sebuah arena olah raga.
Fazal Amin, seorang migran dari Pakistan, menunggu di luar stadion di Crotone untuk mendapatkan informasi tentang saudara laki-laki temannya di Turki yang teleponnya berhenti berfungsi. “Dia hanya ingin tahu apakah dia hidup atau mati,” kata Amin.
Pihak berwenang Italia menolak kritik atas penyelamatan yang terlambat, mencatat bahwa mereka telah mengirim dua kapal penyelamat tak lama setelah badan perbatasan Uni Eropa melihat kapal berukuran 20 kaki (enam meter) pada hari Sabtu malam saat menuju pantai. Para penyelamat harus kembali karena laut yang ganas, kata pihak berwenang.
Pantai di Steccato di Cutro, di pantai Ionian Calabria, hari Senin dipenuhi puing-puing kapal migran serta barang-barang milik penumpang: sepatu kets merah muda balita, celana piyama Mickey Mouse, dan kotak pensil plastik kuning berhias panda. Beberapa jaket pelampung berserakan di antara puing-puing.
PBB dan Doctors Without Borders mengatakan banyak dari korban adalah warga Afghanistan, termasuk anggota keluarga besar, serta warga Pakistan, Suriah, dan Irak. Warga Afghanistan adalah warga negara teratas kedua yang mencari suaka di UE tahun lalu, dan semakin banyak melarikan diri dari masalah keamanan, kemanusiaan, dan ekonomi yang meningkat setelah pengambilalihan Taliban pada Agustus 2021.
Enam belas warga Pakistan selamat dari kecelakaan kapal itu, kata Perdana Menteri Pakistan, Shahbaz Sharif, Senin di Twitter. Sharif mengatakan para penyintas mengatakan kepada pihak berwenang bahwa 20 orang dari negara tersebut telah naik ke kapal tersebut.
Sky TG24 Italia mengatakan setidaknya tiga orang telah ditahan karena dicurigai membantu mengatur perjalanan dari Izmir, Turki.
Italia adalah tujuan utama penyelundup migran, terutama bagi penyelundup yang meluncurkan kapal dari pantai Libya, tetapi juga dari Turki. Menurut data PBB, kedatangan dari rute Turki menyumbang 15% dari 105.000 migran yang tiba di pantai Italia tahun lalu, dengan hampir setengah dari mereka melarikan diri dari Afghanistan. (AP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...