Kapolri: Santoso Kemungkinan Besar Tewas Tertembak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyatakan dua buron kasus terorisme di Poso, Sulawesi Tengah yakni Santoso dan Basri kemungkinan besar adalah dua orang yang tewas tertembak, Senin (18/7) sore.
Tetapi Wakil Kapolda Sulawesi Tengah Kombes Pol Leo Bona Lubis memastikan bahwa salah satu dari dua jenazah yang tertembak oleh Satgas Operasi Tinombala adalah Santoso alias Abu Wardah, sedangkan yang satunya adalah Mochtar.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik bagian luar, jenazah itu benar adalah Santoso. Sekarang tinggal menunggu hasil pemeriksaan DNA," katanya kepada wartawan di RSU Bhayangkara Palu, hari Selasa (19/7).
Sementara, "dari hasil gambaran wajahnya dan ciri-ciri yang lain baik oleh anggota yang kenal dengan dia, beberapa orang saksi yang mengenal dia, maka dia adalah Santoso," kata Kapolri Tito Karnavian di Istana Kepresidenan, Jakarta, hari Selasa (19/7).
Untuk menguatkan identifikasi secara fisik, dua jenazah korban yang tewas ditembak Satgas Tinombala akan dibawa dari Poso ke Kota Palu melalui helikopter siang ini, katanya.
Dari bandara akan dibawa ke RS Bhayangkara, dibersihkan lagi. Nanti di situ sudah ada keluarganya, kepala lingkungannya. Ada tersangka-tersangka yang sekarang lagi ditahan saat ditangkap dalam operasi Tinombala.
Sedangkan jenazah yang satunya, kata Tito, diduga adalah Basri karena memiliki banyak tato di tubuhnya.
Basri memang banyak Tato di badannya karena dia pernah ditangkap oleh Satgas Polri ada 2007 pernah, katanya.
"Jadi kita buka sekali lagi 80 persen atau katakanlah 90 persen, dia adalah Santoso. Yang satunya lagi kira-kira 70 persen adalah Basri. Mungkin 2-3 jam ke depan dibersihkan di RS Bhayangkara kita akan mendapatkan keterangan yang lebih akurat lagi," katanya.
Tito mengatakan selain mendatangkan saksi para tersangka keluarga atau warga yang mengenal, Polri juga akan mendatangkan polisi yang pernah memeriksa Santoso dan Basri beberapa tahun lalu.
Sebelumnya, Satgas Tinombala terlibat kontak tembak dengan kelompok bersenjata di Desa Tambarana, Poso, Sulteng, Senin (18/9) sore. Ada lima orang yang terlibat baku tembak dengan tim Satgas Tinombala, yang dua orang di antaranya tewas. Salah satunya diduga Santoso. Sedangkan tiga lainnya termasuk dua wanita berhasil lolos.
Tito mengatakan jika nantinya Santoso dan Basri benar tewas tertembak maka tidak ada lagi tokoh yang memiliki kemampuan memimpin jaringan yang masih tersisa termasuk Ali Kalora yang masih buron.
"Ali Kalora juga tidak memiliki kemampuan, kompetensi dan leadership seperti Basri dan Santoso," kata Tito.
Namun, dia mengatakan kaderisasi bisa saja terjadi jika pemerintah tetap mendiamkan kelompok ini termasuk upaya untuk menetralisir kelompok kekerasan.
Dia mengatakan persenjataan kelompok ini diperkirakan hanya memiliki satu senjata api standar pabrik setelah satu senjata M16 disita usai kontak tembak hari Senin (18/7).
"Persenjataan gak sebanyak sekarang. Senjata rakitan 3-4, senjata pabrikan satu lagi," ujarnya.
Tito menyampaikan terima kasih pada Satgas Polri terutama TNI yang terlibat langsung dalam kontak tembak itu.
"Kalau memang betul ini santoso, apapun operasi ini saya ucapkan terima kasih apresiasi kepada rekan-rekan TNI dan Polri karena ini operasi gabungan Tinombala ini. Dan juga dari BIN dan lain-lain," katanya
Ia mengatakan operasi Tinombala akan terus berlangsung karena masih banyak buronan yang berlum tertangkap.
Satgas Tinombala merupakan tim khusus yang dibentuk untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok Santoso di hutan Poso. Tim ini merupakan gabungan dari prajurit TNI dan Polisi yang jumlah totalnya lebih dari 3.000 orang. (Ant)
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...