Kasus Paniai Papua, PGI: Aparat Jangan Seenaknya Tembaki Rakyat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Natal Nasional yang rencananya akan dihadiri Presiden Jokowi harus punya makna tidak hanya pada mereka yang merayakan. Harus bermakna juga untuk mereka yang berduka misalnya keluarga korban penembakan di Paniai, Papua atau korban longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah,” kata Novel Matindas, Kepala Biro Papua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Minggu (14/12).
Novel mengomentari fenomena beberapa hari terakhir menjelang peringatan kelahiran Yesus Kristus. Kepada satuharapan.com Novel menegaskan, panitia Natal Nasional harus memastikan perayaan berlangsung sederhana demi menghormati korban-korban tersebut. Rencananya, perayaan Natal untuk para pegawai negeri dan anggota TNI ini diselenggarakan di Jayapura, Papua.
Tentang kasus penembakan di Paniai yang menewaskan lima pelajar Senin (8/12—ada yang menyebut sekitar 7/12 tengah malam) lalu, Novel menduga aparat tidak peka dengan kebiasaan pemuda gereja asli Papua yang membuat berbagai kegiatan menjelang Natal. Juga, arogansi aparat yang menikmati impunitas atas berbagai tindakan kekerasan yang mereka lakukan kepada penduduk setempat.
Ini ditegaskan lagi oleh sekretaris Diakonia PGI, Jeirry Sumampouw yang mempertanyakan bahwa setelah kejadian, pemerintah Jokowi tidak berbuat apa-apa terkait insiden tersebut.
“PGI sudah mengirim surat kepada Jokowi dengan harapan memberikan perhatian atas kasus Paniai,” kata Novel. Dalam website resminya, PGI meminta agar pemerintah melakukan penyelidikan secara efektif dan transparan serta tidak memihak dan mereka yang bertanggung jawab harus dipidanakan.
“Hukuman yang dijatuhkan kepada mereka harus mencerminkan keseriusan atas kejahatan kriminal dan kompensasi yang memadai harus diberikan kepada korban dan keluarganya,” demikian surat tertanggal 9 Desember 2014 yang ditandatangani oleh Ketua Umum PGI Pdt. Dr. A. A. Yewangoe dan Sekretaris Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, MTh.
Berdasarkan catatan Komisi untuk Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Gereja Kristen Injili di Tanah Papua yang dikirim pada PGI, akibat insiden tersebut lima orang meninggal dunia, Habakuk Degei (Siswa SMA), Bertus Gobai (Mahasiswa STIE Karel Gobai), Apinus Gobai (Siswa SMA), dan Yulianus Yeimo yang sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit namun akhirnya meninggal, tiga orang luka berat, dan 12 orang dikabarkan mengalami luka ringan.
Namun, menurut suarapapua.com, lima korban tewas itu adalah pelajar SMA Negeri 1 Paniai Timur. Salah satu pelajar yang tewas tertembak, Simon Degei, masih berusia 18 tahun. Ia sekolah di SMA Negeri 1 Paniai Timur dan saat ini berada di Kelas III.
Korban lainnya, Otianus Gobai (18) merupakan siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur. Dia bahkan masih mengenakan baju sekolah.
Kemudian, Alfius Youw berusia (17) siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur. Kemudian Yulian Yeimo (17), yang masih di kelas I SMA Negeri 1 Paniai Timur. Lalu Abia Gobay berumur 17 tahun. Ia juga siswa SMA Negeri 1 Paniai Timur kelas III.
Abia ditemukan tewas ditembak di Kampung Kogekotu, sebelah lapangan terbang, sekitar 400 meter dari Kantor Polsek Enarotali. Mayat Abia Gobay telah dibawa pergi ke rumah oleh keluarga.
Yang jelas, “Aparat tidak boleh seenaknya menembaki rakyatnya,” Novel Matindas menutup pembicaraan.
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...