Kata Pengamat ITB, Plastik Lebih Ramah Lingkungan
ANYER, SATUHARAPAN.COM - Pengamat lingkungan dari ITB, Zainal Abidin mengatakan plastik lebih ramah lingkungan dibandingkan material lain seperti aluminium, baja, gelas, kertas karena selain lebih ringan juga tahan lama.
"Plastik punya keunggulan aman dan higienis, ringan, usia lebih panjang, tahan benturan, transparan, konsumsi bahan bakar lebih hemat," kata Zainal pengajar Prodi Teknik Kimia ITB di Anyer, kabupaten Serang, hari Minggu (25/9).
Zainal menyebutkan terdapat tujuh kriteria material/bahan disebut ramah lingkungan seperti tidak merusak alam, hemat sumber daya alam, hemat energi, rendah emisi CO2, tahan lama, dapat didaur ulang/ guna ulang/recovery, harga murah.
Dia mencontohkan tekstil berbahan sintetis untuk kebutuhan 12 juta ton membutuhkan pabrik 500 hektar, bandingkan dengan tekstil berbahan kapas untuk kebutuhan yang sama membutuhkan lahan lima juta kilometer persegi.
Begitu juga kalau dilihat dari kebutuhan energi (kWh/ kg) maka plastik paling rendah hanya 3,1 dibandingkan dengan kertas, gelas, baja, aluminium rata-rata di atas 7 jelas Zainal.
Kemudian kalau melihatnya dari emisi gas rumah kaca, industri kimia/ plastik justru mengurangi 11 persen berdasarkan data tahun 2015, begitu juga sumbangan gas karbon lebih rendah dibanding bahan lain, ungkap Zainal.
Menurut Zainal persoalan plastik di Indonesia, lebih disebabkan manajemen pengelolaan sampah di Indonesia yang belum ditangani dengan baik seperti halnya negara-negara lain di dunia.
Pemisahan sampah selama ini belum berjalan efektif di Indonesia, padahal untuk pengelolaan plastik membutuhkan manajemen pengelolaan sampah yang baik, ungkap Zainal.
Sampah plastik itu bisa di daur ulang menjadi kantong bahkan bisnisnya sudah berkembang saat ini melibatkan banyak pekerja di Indonesia, jelas Zainal.
"Mulai proses pengangkutan, pemilahan, pencucian dan pengeringan, pencacahan, membuat pelet, sampai daur ulang semuanya mendatangkan bisnis," kata Zainal.
Bahkan teknologi terkini dimungkinkan untuk memanfaatkan plastik bekas untuk berbagai keperluan diantaranya bahan bangunan, konstruksi jalan, dan bahan bakar," kata Zainal.
Zainal mengatakan selama ini kampanye lingkungan terkait bahan plastik selalu keliru seolah-olah menjadi penyebab kerusakan lingkungan, padahal justru plastik lebih ramah lingkungan dibandingkan kertas yang menggunakan bahan baku kayu atau harus menebang pohon. (Ant)
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...