Katolik Timur: Tidak Ada Perbedaan Perayaan Natal
SATUHARAPAN.COM – Perbedaan perayaan Natal sebenarnya tidak ada. Hari Natal tetap dirayakan pada 25 Desember. Alwyn Aliwarga, seorang umat Katolik Timur di Indonesia menjelaskan terkait perbedaan itu ketika dihubungi satuharapan.com pekan lalu.
“Natal tetap dirayakan pada 25 Desember. Hanya saja 25 Desember 2013 di Kalender Julian berarti 7 Januari 2013 di Kalender Gregorian. Makanya di Indonesia yang secara sipil memakai Kalender Gregorian, kita menemukan adanya orang yang merayakan Natal pada 7 Januari 2013 karena dia menggunakan 25 Desember pada Kalender Julian.”
Lanjutnya,”Kalau dalam segi perayaannya sih tetap sama, Kelahiran Sang Juru Selamat. Hanya saja terkesan beda karena yang satu sebelum tahun baru dan yang satu lagi sesudah tahun baru Kalender Gregorian.”
Kalender Gregorian dan Kalender Julian
Alwyn menjelaskan bahwa Katolik Roma dan banyak komunitas gereja Protestan sekarang menggunakan Kalender Gregorian. Sementara gereja Ortodoks sebagian menggunakan Kalender Julian atau Kalender Julian Revisi. Perbedaan kalender yang digunakan menyebabkan perbedaan perayaan Natal maupun Paskah.
Inti perbedaan kalender adalah perhitungan hari atau bulan berdasarkan pergerakan matahari dan bulan. Kalender Julian itu diperkenalkan Kaisar Julius pada tahun 45 Sebelum Masehi dan pada jaman Kekristenan awal diadopsi orang-orang Kristen. Kalender Gregorian baru diperkenalkan pada jaman Paus Gregorius XIII tahun 1582. Baru pada tahun 1923 Kalender Julian Revisi diperkenalkan.
“Perhitungan Kalender Julian itu kurang tepat. Perayaan Natal pada tanggal 25 Desember yang jatuh pada musim dingin bisa berubah setelah sekian lama menjadi jatuh pada musim panas terik. Paskah dari musim semi menjadi musim gugur. Ini bertentangan dengan praktek bersejarah dimana Paskah ditetapkan pada hari Minggu pertama setelah purnama pertama vernal equinox. Equinox itu maksudnya saat matahari melewati ekuator pada musim semi,” kata Alwyn.
”Kalender Julian Revisi mengubah perayaan-perayaan liturgis yang muncul pada tanggal yang tetap saja dan perayaan lainnya yang tidak tetap tanggalnya mengikuti Kalender Julian. Sehingga keharmonisan dan keseimbangan penanggalan liturgis menjadi terganggu. Kalender Gregorian dan Julian Revisi merayakan Natal pada hari yang bersamaan, yaitu 25 Desember, hanya saja perhitungan di kalendernya bisa berbeda tergantung jenis kalender yang dipakai,“ kata dia.
Esensi sama, elemen berbeda
Alwyn menjelaskan bahwa setiap ritus gereja berbeda dalam merayakan Natal maupun Paskah. Walau berbeda, perbedaan itu pada hal elemen-elemen sementara esensinya tetap sama.
“Ritus itu artinya warisan liturgi, teologi, spiritualitas, disiplin, budaya, dan situasi dari sejarah bangsa yang berbeda, dimana kehidupan berimannya terlihat di setiap Gereja sui iuris. Katolik Timur dan Ortodoks Timur sama dalam hal cara merayakan Natal. Hanya saja ada perbedaan tanggal bila menggunakan kalender yang berbeda,” kata Alwyn.
Katolik Timur dan perkembangan ritus-ritus
Pada jaman Gereja awal terdapat beberapa pusat Kekristenan lain di luar Roma. Ritus-ritus lain ini berkembang, seperti ritus Bisantin, ritus Alexandria, ritus Antiokia, dan ritus Armenia. Ritus-ritus ini berkembang natural, sesuai dengan kebudayaan, tradisi, bahasa, dan dinamika setempat. Ritus-ritus di luar ini yang kemudian dikenal dengan Katolik Timur. Di antara ritus-ritus itu total ada 23 gereja ritusTimur yang bersatu dengan Paus di Roma. Yang tidak bergabung dengan Paus di Roma dikenal dengan sebutan Ortodoks.
Alwyn merupakan umat Katolik Timur. Dia seorang anggota Gereja Katolik Yunani-Melkit atau Gereja Katolik Melkit yang menggunakan ritus Bisantin. Gereja Katolik Melkit berasal dari Antiokia.
“Dari antara ritus-ritus ini, lalu kita bisa melihat Gereja-gereja Katolik Timur berasal dari ritus mana saja. Singkatnya, yang menggunakan ritus Bisantin contohnya adalah Gereja Katolik Yunani-Ukraina, Gereja Katolik Yunani-Melkit, Gereja Katolik Bisantin Ruthenia, Gereja Katolik Romania, Gereja Katolik Bulgaria, dsb. Yang memakai ritus Alexandria adalah Gereja Katolik Koptik dan Gereja Katolik Etiopia. Yang memakai ritus Antiokia contohnya ada Gereja Katolik Maronit, Gereja Katolik Syro-Malankara, Gereja Katolik Kaldea, Gereja Katolik Syro-Malabar. Gereja Katolik Armenia menggunakan ritus Armenia,” kata dia.
Gereja-gereja ini disebut sebagai sui iuris atau otonom. Dalam Kitab Hukum Kanonik Gereja berarti berhak mengatur rumah tangganya sendiri, walaupun kemandiriannya tergantung dari tingkat pemimpinnya, baik dia seorang Uskup, Uskup Agung Utama, atau Patriarkh.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...