Katy Perry Ungkap tentang Doa Ibu
SATUHARAPAN.COM – Sekian lama Katy Perry pernah disebut-sebut berjalan “menjauh” dari iman masa kecilnya, walaupun seperti pengakuannya dalam wawancara dengan Vogue Australia, seperti dikutip Christian Today, ia tidak pernah meninggalkan Tuhan.
Dalam sebuah wawancara dengan Marie Claire pada 2013, misalnya, ia pernah mengungkapkan ketidakpercayaannya kepada surga atau neraka. Atau, mengutip istilahnya, “laki-laki tua yang duduk di atas takhta”. Namun demikian, ia mengatakan percaya kepada kekuatan yang lebih besar dari dirinya, yang membuatnya bertanggung jawab.
“Saya bukan Buddha, bukan Hindu, bukan Kristen, tapi masih merasa seperti memiliki hubungan yang mendalam dengan Tuhan,” katanya, saat itu.
Tetapi, bertambahnya usia membuatnya berubah. “Saya tidak pernah meninggalkan-Nya. Saya hanya sedikit menjadi sekuler, mementingkan keduniawian, lebih mementingkan karier. Tapi sekarang, menginjak usia 30-an, saya lebih berpikir tentang spiritualitas dan kebulatan hati,” kata penyanyi yang melambung namanya melalui Roar (2013) dan Swish Swish (2017) ini.
Di balik itu, ia mengakui ada peran ibunya yang sangat besar. “Ia terus berdoa untuk saya sepanjang hidup saya, berharap saya tidak lari dari Tuhan,” kata Perry, yang juga mengakui dibesarkan dalam gaya pendidikan konservatif.
Katy Perry adalah putri seorang pendeta Kristen evangelis. Namun, ibunya dibesarkan dalam lingkungan agama Katolik Roma yang taat. Dalam kunjungannya ke Roma, Italia, pada April lalu, dan beraudiensi dengan Paus Fransiskus, ia tak lupa membawa serta ibunya. “Saya berkesempatan pergi ke misa dengan ibu saya,” katanya, dalam berita yang dilansir pertengahan Juli 2018 itu.
Dan, suatu hal menyentuh perasaannya. “Ibu tidak menyanyikan lagu-lagu itu dalam 40 tahun, dan melihatnya menyanyikannya membuat saya menangis. Sangat indah dan menyeret kita kembali berhubungan dengan yang ilahi,” katanya.
Katy Perry pun mengungkapkan kekagumannya pada sosok Paus Fransiskus, “Saya penggemar berat Paus Fransiskus. Pribadinya adalah kombinasi dari welas asih, kerendahan hati, keteguhan, dan ketegasan mengatakan tidak. Ia ‘pemberontak’ - pemberontak untuk Yesus.”
Ia menambahkan, “Ia membawa gereja kembali ke kerendahan hati dan melayani.”
Editor : Sotyati
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...