Kaukus Pancasila Menduga Aksi Bom di Medan Tindakan Individual
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Eva Kusuma Sundari, Koordinator Kaukus Pancasila DPR RI menduga aksi bom bunuh diri yang gagal di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan dr Mansyur Medan, Sumatera Utara, hari Minggu (28/8) merupakan tindakan individual yang tidak terkait dengan kelompok radikal tertentu.
“Walau kita harus tunggu hasil penyidikan, tapi saya menduga bahwa yang bersangkutan bertindak secara individual tapi mengasosiasikan diri dengan Kelompok militan Islamic State Iraq and Syria (ISIS). Tidak professional,” kata Eva Kusuma Sundari saat dihubungi satuharapan.com, di Jakarta, hari Minggu (28/8).
Peristiwa bom gereja yang dilakukan remaja berusia 18 tahun dengan menyasar random target ini, menurut Eva merupakan alarm bahwa gerakan radikal dan syiar kebencian sudah demikian meluas akibat bebasnya penyebaran informasi radikalisme.
Oleh sebab itu, “dalam situasi peredaraan informasi yang masif dan bebas, materi syiar kebencian yang bermuatan radikalisme harus dikendalikan ketat untuk membatasi penyebarannya,” kata anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP ini.
Menurut Eva di saat yang sama perbatasan gerakan kelompok radikal juga harus dilakukan oleh polisi. Seperti pendekatan konstitusi harus digunakan secara simultan untuk pencegahan, penegakan, dan pembinaan.
“Sebagaimana peredaran narkoba, gerakan radikalisme agama apapun yang anti konstitusi adalah sama-sama bentuk sebuah proxy war (perang ketika lawan menggunakan kekuatan pihak ketiga sebagai pengganti untuk menghindari pertemuan secara langsung). Untuk melemahkan negara,” kata dia.
“Aparat polisi harus paham, layaknya hukum bejana berhubungan. Gerakan radikalisme anti konstitusi memicu menguatnya terorisme,” dia menambahkan.
Umat di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan dr Mansur Nomor 75 Medan, hari Minggu pagi sekitar pukul 08.00 dikejutkan dengan upaya teror dengan membawa bom saat misa berlangsung.
Teror bom bunuh diri tersebut menyebabkan pengkotbah di gereja itu yakni Pastor Albret S Pandingan mengalami luka ringan di bagian lengan kiri.
Keterangan dari beberapa saksi menceritakan, peristiwa itu terjadi ketika Pastor Albert S Pandingan mau berkotbah di depan mimbar.
Namun, tiba-tiba seorang laki-laki yang diduga berinisial IAH menghampiri pastor tersebut sambil membawa sebuah bom rakitan dalam tas.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...