Kaum Muslim Belajar Tentang Kekristenan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak sepuluh orang mahasiswa dan mahasiswi Muslim dari Bandung dan Semarang menjadi peserta pada acara Christianity Study for Muslim Scholars pada 14-19 November 2013. Acara yang bertempat di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta ini merupakan program bersama antara STT Jakarta dengan Asosiasi Teolog Indonesia (ATI).
Selama enam hari, sepuluh peserta tinggal di tengah komunitas STT Jakarta untuk melihat secara langsung bagaimana kehidupan umat Kristen, serta secara khusus mempelajari pokok-pokok iman Kristen, seperti pengenalan Alkitab Perjanjian Lama dan Baru, aliran-aliran di dalam kekristenan, penjelasan mengenai Kristologi dan Allah Trinitas serta misi Kristen. Selain itu, ada pula ekskursus untuk mengamati ibadah Kristen dan program-program gereja ke beberapa gereja di Jakarta.
Sebagaimana disampaikan para beberapa peserta, diharapkan program ini menjadi sebuah pembelajaran yang mendalam bagi mereka tentang kekristenan. Juga, supaya salah paham dan steriotipe bisa diluruskan.
Para peserta memiliki keingintahuan tentang apa yang dipelajari oleh rekan-rekan yang belajar teologi, khususnya tentang isu-isu yang sering menjadi polemik di dalam relasi Kristen-Islam, seperti Kristologi dan Trinitas. Hal ini selaras dengan tujuan ATI sebagai salah satu penyelenggara kegiatan ini, yakni memberikan ruang yang cukup bagi rekan-rekan Muslim untuk belajar secara lebih mendalam tentang kekristenan secara akademis, namun juga tetap ada perjumpaan personal dengan teman-teman Kristen.
Pada Jumat kemarin (15/11) mereka berkunjung ke Kantor Pusat Persekutuan Gereja-gereja Indonesia. Mereka ditemui langsung oleh Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, Ketua Umum PGI. Bincang-bincang yang dilaksanakan selama satu jam merupakan cara untuk memperkenalkan gerakan oikoumene di Indonesia sebagaimana dilaksanakan oleh PGI.
Anggota PGI kini mencapai 88 gereja yang mencakup sekitar 80% gereja-gereja Protestan di Indonesia, ujar Yewangoe. Ia menyampaikan bagaimana upaya oikoumene digagas untuk memberbaiki kondisi gereja yang terfragmentasi sekaligus juga mengupayakan supaya gereja-gereja sungguh melakukan tugas panggilan mereka untuk menjadikan bumi sebagai rumah bersama.
Tujuan jangka panjang PGI adalah menciptakan Gereja Kristen yang esa di Indonesia, walaupun bentuknya belum diketahui, kata Yewangoe saat menjawab pertanyaan salah seorang peserta mengenai tujuan PGI. Sedangkan tujuan jangka pendek terangkum dalam tema PGI setiap lima tahun.
Ia juga menyebutkan bahwa tema yang diusung sejak 2009 adalah Tuhan Baik kepada Semua Orang yang diinspirasikan dari ayat di Mazmur. Tema ini adalah sebentuk keyakinan PGI bahwa Tuhan tidak hanya baik kepada sekelompok orang saja, melainkan kepada semua sehingga umat Kristen dan gereja-gereja dipanggil untuk visi tersebut.
Dalam pertemuan, juga muncul isu soal penutupan rumah ibadah Kristen yang marak terjadi beberapa tahun belakangan ini. Yewangoe mengatakan bahwa PGI tidak melihat kasus-kasus tersebut sebagai perselisihan Islam versus Kristen, melainkan kelemahan Negara dalam menjamin hak-hak warganya sebagaimana sudah tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Diskusi diakhiri dengan penyerahan buku Dokumen Keesaan Gereja kepada para peserta dan kenang-kenangan dari panitia kepada PGI.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...