Ke Mana Arah Konflik Palestina-Israel?
SATUHARAPAN.COM-Israel menggempur Gaza pada hari Sabtu (15/5), menghancurkan blok menara yang menampung organisasi media berita, sementara roket salvo Palestina menghantam Tel Aviv.
Itu terjadi pada hari keenam permusuhan di mana warga Palestina mengatakan setidaknya 145 orang, termasuk 41 anak-anak, tewas di Gaza sejak konflik dimulai. Israel telah melaporkan 10 orang tewas, termasuk dua anak.
Blok 12 lantai di Kota Gaza yang runtuh akibat serangan udara Israel merupakan tempat operasi media Amerika Serikat, Associated Press (AP) dan Al Jazeera yang berbasis di Qatar.
Namun, militer Israel mengatakan itu adalah target militer yang sah, yang berisi kantor militer Hamas, dan telah memberikan peringatan kepada warga sipil untuk keluar dari gedung tersebut sebelum serangan itu.
Serangan itu dikecam oleh AP dan Al Jazeera, dan AS mengatakan kepada Israel "untuk memastikan keselamatan dan keamanan jurnalis dan media independen adalah tanggung jawab terpenting," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki.
Israel mengebom rumah Khalil Al-Hayeh, seorang tokoh senior di cabang politik Hamas. Israel mengatakan bangunan itu berfungsi sebagai bagian dari "infrastruktur teroris" kelompok itu. Tidak ada laporan langsung tentang nasib Al-Hayeh atau korban jiwa.
Pengeboman rumah Al-Hayeh menunjukkan Israel memperluas serangannya lebih dari sekadar menargetkan komandan militer kelompok itu. Israel mengatakan telah membunuh lusinan di cabang militer Hamas, meskipun Hamas dan kelompok Jihad Islam yang lebih kecil hanya mengakui 20 anggotanya yang tewas.
Netanyahu: Operasi Belum Selesai
Presiden AS, Joe Biden, kemudian berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Presiden Palestina, Mahmoud Abba,s dalam upaya untuk memulihkan ketenangan.
Tetapi baik Israel dan Hamas bersikeras mereka akan melanjutkan serangan mereka, tanpa akhir dari permusuhan yang terlihat, meskipun pertemuan Dewan Keamanan PBB dijadwalkan pada hari Minggu ini untuk membahas kekerasan Israel-Palestina yang lebih buruk dalam beberapa tahun.
"Pihak yang menanggung kesalahan atas konfrontasi ini bukanlah kami, melainkan pihak yang menyerang kami," kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi. “Kami masih berada di tengah-tengah operasi ini, masih belum berakhir dan operasi ini akan terus berlanjut selama diperlukan.”
Netanyahu mengatakan serangan udara dan artileri Israel telah melenyapkan puluhan militan Hamas dan menghancurkan "ratusan" situs kelompok militan Islam termasuk peluncur rudal dan jaringan terowongan yang luas.
Hamas memulai serangan roketnya pada hari Senin (10/5) setelah berminggu-minggu ketegangan atas kasus pengadilan untuk mengusir beberapa keluarga Palestina di Yerusalem Timur, dan sebagai pembalasan atas bentrokan polisi Israel dengan warga Palestina di dekat Masjid Al-Aqsa di kota itu, situs tersuci ketiga umat Islam.
Berbicara kepada kerumunan pengunjuk rasa di ibu kota Qatar, Doha, kepala Hamas Ismail Haniyeh mengatakan pada hari Sabtu (15/5) bahwa pertempuran itu terutama tentang Yerusalem. “Zionis mengira... mereka bisa menghancurkan masjid Al-Aqsa. Mereka mengira bisa menggusur orang-orang kami di Sheikh Jarrah,” kata Haniyeh.
“Saya katakan kepada Netanyahu: jangan bermain-main dengan api,” lanjutnya, di tengah sorak-sorai orang. “Judul pertempuran hari ini, judul perang, dan gelar intifada adalah Yerusalem, Yerusalem, Yerusalem,” katanya menggunakan kata Arab untuk “pemberontakan”.
Perang Udara
Pada hari Sabtu, militer Israel mengatakan sekitar 2.300 roket telah ditembakkan dari Gaza sejak Senin, dengan sekitar 1.000 dicegat oleh pertahanan rudal dan 380 jatuh ke Jalur Gaza.
Israel telah melancarkan lebih dari 1.000 serangan udara dan artileri ke jalur pantai yang berpenduduk padat, mengatakan serangan itu ditujukan kepada Hamas dan sasaran militan lainnya.
Pengeboman telah menyebabkan asap mengepul di atas Kota Gaza dan menerangi langit malam daerah kantong itu.
Awal pekan ini kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional, Fatou Bensouda, mengatakan kepada Reuters bahwa pengadilan sedang "memantau dengan sangat cermat" eskalasi permusuhan terbaru, di tengah penyelidikan yang sekarang sedang dilakukan terhadap dugaan kejahatan perang dalam serangan konflik sebelumnya.
Netanyahu menuduh Hamas "melakukan kejahatan perang ganda" dengan menargetkan warga sipil, dan menggunakan warga sipil Palestina sebagai "perisai manusia".
Kelompok hak asasi manusia yang berbasis di New York, Human Rights Watch, mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka memiliki "kekhawatiran serius bahwa serangan itu menyebabkan kerusakan yang tidak proporsional terhadap properti sipil" di Gaza.
Diplomasi untuk Menghentikan Serangan
Utusan Joe Biden, Hady Amr, tiba di Israel pada hari Jumat (14/5), sebelum pertemuan Dewan Keamanan PBB pada hari Minggu ini. Namun diplomasi sejauh ini gagal meredam eskalasi terburuk dalam pertempuran antara Israel dan Palestina sejak 2014.
Gedung Putih mengatakan Biden membicarakan pada Netanyahu tentang kontak "tingkat tinggi" dengan mitra regional untuk memulihkan ketenangan, dan meningkatkan kekhawatiran tentang keselamatan jurnalis.
Biden juga berbicara dengan Abbas, untuk pertama kalinya sejak pemimpin AS itu menjabat pada Januari.
Kedua belah pihak mengatakan Biden menegaskan kembali dukungannya untuk solusi dua negara untuk konflik tersebut, dan Gedung Putih mengatakan Biden berkomitmen untuk "memperkuat kemitraan AS-Palestina", yang mencapai titik nadir di bawah pemerintahan Trump.
Tetapi upaya diplomatik dipersulit oleh fakta di lapangan. Indonesia dan sejumlah negara di ASEAN juga menyerukan agar serangan Israel dihentikan. Presiden Joko Widodo telah berbicara dengan sejumlah kepala negara atau pemerintahan untuk membuat tekanan itu, termasuk pertemuan DK PBB untuk mengentikan serangan.
Tentang konflik ini, AS dan sebagian besar kekuatan barat tidak berbicara dengan Hamas, yang mereka anggap sebagai organisasi teroris. Dan Abbas, yang basis kekuatannya berada di Tepi Barat yang diduduki, hanya memiliki sedikit pengaruh atas Hamas di Gaza.
Pembahasan di DK PBB kemungkinan juga akan menghadapi perdebatan keras, dan kepentingan-kepentingan berbagai negara akan bertarung dalam pernyataan publik yang akan dikeluarkan. Bahkan itupun masih sangat bergantung dengan kemungkinan digunakannya hak veto oleh lima negara anggota tetap.
Di Israel sendiri, konflik tersebut disertai dengan kekerasan di antara komunitas campuran Yahudi dan Arab di negara itu. Sinagoga diserang, toko-toko milik orang Arab dirusak, dan perkelahian jalanan terjadi. Presiden Israel telah memperingatkan potensi perang saudara.
Hamas mengatakan serangan terbaru ke kota Tel Aviv adalah sebagai tanggapan atas serangan semalam Israel di kamp pengungsi di pantai Gaza, di mana seorang perempuan dan empat anaknya tewas di rumah mereka.
Lima lainnya meninggal, kata petugas medis. Israel mengatakan pihaknya menargetkan apartemen yang digunakan oleh Hamas.
Pemilihan Umum Palestina
Konflik Palestina dan Israel ini telah memberikan pandangan yang suram tentang masa depan Pemilihan Umum di Plestina yang direncanakan tahun ini, setelah 15 tahun tanpa pemilu. Pemilihan ini sangat penting bagi Palestina yang memberikan legitimasi kepemimpinan mereka, dan kerja sama pihak luar untuk mencari solusi damai, termasuk pembentukan negara Palestina dalam kesepakatan Dua Negara.
Kepala Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, telah menyatakan pemilihan umum ditunda, dan konflik kali ini membuat rencana itu semakin sulit diwujudkan. Sementara itu, konflik ini tampaknya akan terkait dengan lebih banyak pihak, terutama kelompok-kelompokpendukung Hamas yang oleh Barat dicat kelompok teroris. Dan itu berarti konflik ini akan menyentuh masalah-masalah regional dan dunia.
Komandan pasukan elite Iran, Quds, misalnya, telah melakukan pembicaraan telepon dengan kepala kelompok militan Hamas, Ismail Haniyeh nyang berada di Doha, Qatar.
Televisi Al-Alam, layanan berbahasa Arab dari televisi pemerintah Iran, melaporkan bahwa pemimpin Hamas Haniyeh berbicara melalui telepon dengan komandan Pasukan Quds Jenderal, Esmail Qaani.
Qaani, dikutip juga oleh AP, dilaporkan memuji Hamas karena memberikan "jawaban unik dan sukses" untuk Israel. Para pejabat Hamas memuji Iran karena menyediakan senjata dan bantuannya dalam pertempurannya melawan Israel, saingan regional Teheran.
Namun dari konflik yang terjadi ini, warga sipil Palestina di Gaza dan Tepi Barat, dan juga di Israel, adalah korban sebenarnya dari konflik ini, di mana berbagai kepentingan tumpah ruah dalam “medan konflik” Israel-Palestina. (dengan sumber dari Reuters/AP/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...