Keberanian Jokowi Lakukan Liberalisasi Investasi Bikin Iri Filipina
MANILA, SATUHARAPAN.COM - "Filipina harus bertindak cepat untuk lebih memperlonggar pembatasan bisnis dan untuk lebih menarik investasi asing dari negara-negara lain di kawasan ini sehingga menjadi lebih pasti dalam upaya mereka untuk menjadi kompetitif,” kata anggota Kamar Dagang Filipina akhir pekan lalu.
Mereka memberi reaksi terhadap langkah yang diambil oleh Indonesia pada pekan lalu untuk membuka Daftar Negatif Investasi (DNI) sehingga investor asing dapat masuk ke sektor-sektor yang selama ini tertutup. Ini merupakan perubahan dari tindakan sebelumnya yang menuai kritik karena negara kembali kepada proteksionisme ekonomi.
"Ini saatnya bagi pemerintah Filipina menjadi lebih responsif terhadap apa yang negara lain lakukan," kata Henry Schumacher, wakil presiden urusan eksternal, Kamar Dagang Eropa dari Filipina (ECCP), melalui e-mail sebagaimana dikutip bworldonline.com, hari Minggu (14/2).
Dia mengatakan negara harus menyadari bahwa negara-negara bersaing untuk mendatangkan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang "membuat langkah tegas" untuk membuka ekonomi mereka kepada investor.
Bernardo M. Villegas, profesor di Universitas Asia dan Pasifik, mengatakan Filipina "pasti akan kurang kompetitif dibandingkan Indonesia dalam menarik FDI."
Dengan pengumuman terbaru Indonesia, kata Villegas, negara tetangga mereka itu akan memungkinkan untuk menarik lebih banyak FDI dibandingkan Filipina.
"Mereka (Indonesia) bisa bercita-cita untuk memiliki aliran dana tahunan sebesar US$ 20 miliar dari FDI dibandingkan dengan kami yang sangat sedikit sebesar US$ 5 miliar," kata dia melalui e-mail.
Ryan Evangelista, direktur eksekutif Kamar Dagang Filipina untuk Australia-New Zealand, mengatakan langkah Indonesia akan memasukkannya ke dalam "posisi yang sangat baik untuk menarik lebih banyak investasi asing langsung."
"Dengan langkah ini, saya dapat melihat bahwa itu akan membantu pemerintah Filipina memeriksa lebih lanjut bagaimana model Indonesia untuk reformasi ekonomi yang akan menginspirasi perubahan. Kita perlu menggalang upaya kita dalam menarik lebih banyak FDI," katanya.
Namun dia mengatakan taktik investasi baru di Indonesia "memberikan sinyal positif kepada investor (pada umumnya) ketika melihat ke dalam manfaat dari investasi" dalam ASEAN.
Presiden ECCP Guenter Taus mengatakan bahwa langkah Indonesia mungkin tidak mempengaruhi keputusan investasi ke Filipina dalam jangka pendek. Tapi ke depan, katanya, "lingkungan investasi yang lebih terbuka bagi investor asing dipasangkan dengan pasar (Indonesia) yang sekitar 2,5 kali dari Filipina, kemungkinan bisa mengubah investor, terutama di sektor konsumen, menuju Indonesia sebagai entry point pertama mereka ke dalam pasar ASEAN."
Ia mengatakan perkembangan terakhir secara regional ada tren membuka diri investor asing.
"Vietnam juga telah bergerak cepat dalam beberapa tahun terakhir, melalui reformasi yang luas, menjadi lebih menarik bagi investor asing," katanya.
"Filipina perlu mengambil tindakan tegas dalam arah yang sama dengan liberalisasi kegiatan ekonomi utama dan menciptakan ramah lingkungan bisnis yang lebih agar tetap kompetitif dan keuntungan dari masuknya investasi asing ke ASEAN di wilayah yang semakin kompetitif," tambahnya.
Tapi menurut Villegas, negara harus mengambil sikap berani dengan mengubah Konstitusi "untuk memungkinkan kita menjadi lebih fleksibel dalam memungkinkan lebih banyak investasi modal asing di layanan publik, telekomunikasi, media, pendidikan umum dan transportasi dan komunikasi. Kita juga harus mengubah konstitusi untuk memungkinkan kepemilikan terbatas tanah oleh orang asing."
Editor : Eben E. Siadari
LISA Siap Konser Spesial di Jakarta 15 November
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Big Ground Entertainment bersama Sunny Side Up akan menghadirkan Fan Meet...