Kebijakan Ekonomi Trump akan Agresif dan Proteksionistis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pergantian kepemimpinan di Amerika Serikat dinilai akan membawa perubahan kebijaksanaan ekonomi. Di bawah pemerintahan Donald John Trump, AS diperkirakan akan agresif dan proteksionistis.
Hal ini dikatakan oleh Hendrawan Supratikno, ekonom yang kini menjadi Ketua Dewan Piimpinan Pusat PDI Perjuangan dan legislator.
Amerika Serikat akan lebih terlihat keras, tegas dan agresif," kata dia, kepada satuharapan.com, hari ini (9/11).
Dalam bidang ekonomi, lanjut dia, AS akan cenderung lebih proteksionistis dan bisa kembali ke jalur suku bunga tinggi.
Oleh karena itu, ia mengharapkan pemerintah harus lebih berhati-hati dalam memanajemeni utang luar negeri. Di sisi lain, juga harus terus mengupayakan diversifikasi pasar ekspor.
Ia juga memperingatkan agar liberalisasi pasar domestik dilakukan ekstra hati-hati.
"Jangan latah buka-bukaan tanpa perhitungan matang," tutur dia.
Trump berhasil mengalahkan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat dengan meraih setidaknya 276 suara elektoral. Meski masih sementara, ini sudah angka yang melebihi peraihan suara minimal (270) untuk memenangi kursi kepresidenan.
Trump berhasil memenangi suara di sejumlah negara bagian dengan kecenderungan mengambang--bukan merupakan wilayah tradisional Partai Republik maupun Partai Demokrat seperti di Ohio dan Florida.
Lebih jauh, Trump juga merebut sejumlah negara bagian yang diperkirakan, oleh jajak pendapat dari Washington Post, akan dimenangi Clinton seperti Pennsylvania, Wisconsin, dan Iowa.
Trump telah mendatangkan kontroversi dalam berbagai kampanyenya, antara lain ia berjanji akan membangun tembok di perbatasan Meksiko-Amerika Serikat untuk menghalau para pendatang dari Amerika Latin.
Trump juga pernah mengatakan menolak pemeluk Muslim untuk memasuki Amerika Serikat--meski pada akhirnya mengklarifikasi pernyataan itu.
Pasar keuangan dan pasar modal dunia terkejut bahkan menjurus kecewa atas hasil pilpres AS. Mata uang peso Meksiko, pada hari Rabu (09/11), merosot tajam mencapai tingkat terendahnya sebesar 19,8619 (sekitar Rp13.019) terhadap dolar AS. Ini penurunan n hampir 10 persen dari tingkat tinggi sebelumnya di sesi perdagangan tersebut.
Para analis, sebagaimana dikutip dari AFP. mengatakan bahwa perekonomian Meksiko dapat terpuruk di bawah kepemimpinan Donald Trump karena janjinya untuk menegosiasi ulang kesepakatan perdagangan bebas, memblokir pengiriman uang para imigran ke negara asal mereka dan mengharuskan pemerintah untuk membayar pembangunan dinding di perbatasan kedua negara.
Sementara itu saham Eropa merosot di awal perdagangan Rabu (09/11) setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat (AS), mengalahkan Hillary Clinton dan mendorong kekhawatiran para investor terhadap perekonomian terbesar di dunia itu.
Di awal perdagangan, indeks acuan FTSE 100 London merosot 1,87 persen menjadi 6.718,85 poin.
Sementara itu, indeks DAX 30 Frankfurt turun tajam 2,9 persen menjadi 10.181,89 poin dan indeks CAC 40 Paris turun 2,8 persen menjadi 4.350,07 dibandingkan dengan tingkatnya di akhir perdagangan Selasa.
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...