Kecapi, Buah Segar yang Jarang Dilirik
SATUHARAPAN.COM – Kecapi, selama ini hanya dijual di pasar-pasar tradisional, atau dijajakan oleh pedagang buah keliling di kompleks perumahan di kawasan pinggiran. Pohon buah ini acap dibiarkan tumbuh dengan sendirinya. Kalaupun berbuah, tidak dipanen. Siapa pun boleh memetiknya.
Tidak banyak lagi anak muda generasi sekarang yang mengenal buah kecapi. Kecapi, yang memiliki nama ilmiah Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr, cenderung diabaikan di Indonesia. Di India, Andaman, Myamnar, dan Indochina, seperti dikutip dari krbogor.lipi.go.id, tanaman kecapi dibudidayakan. Di Eropa, menurut ahli taksonomi David Mabberley (1995), tanaman ini bahkan ditanam di dalam rumah kaca. Di daerah-daerah tersebut, tanaman ini banyak menghasilkan buah, sehingga tersedia dalam jumlah yang melimpah di pasar lokal.
Kini, buah kecapi mulai naik kelas. Kecapi dijual di toko-toko khusus buah di kota-kota besar.
Sandoricum koetjapi, yang juga disebut santol, dikenal sebagai tanaman penghasil buah yang penting dalam suku Meliaceae. Tanaman ini berasal dari Indochina dan Malesia bagian barat dan diintroduksikan ke Asia tropis. Bentuk liar tanaman ini menyebar ke Semenanjung Malaya, Sumatera, hingga ke New Guinea (Madang).
Di Indonesia, kecapi, juga dikenal dengan nama sentul atau ketuat. Dalam bahasa Inggris, kecapi dikenal dengan nama sentol, santol, atau wild mangosteen, sementara dalam bahasa Prancis, buah ini dikenal dengan nama faux mangoustan.
Di daerah penyebarannya, mengutip dari worldagroforestry.org, kecapi dikenal dengan aneka nama lokal, seperti santor atau malasantol (Filipina), kechapi, kelampu, ranggu (Malaysia), thitto (Burma), kôm piing riech (Khmer), tong,toongz (Tibet), kra thon, sa thon, katon, ma tong (Thailand).
Kecapi, mengutip dari Wikipedia, adalah tumbuhan pohon, yang rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi 30 m, meskipun umumnya di pekarangan hanya mencapai sekitar 20-an meter. Batangnya dapat mencapai diameter 90 cm, bergetah seperti susu.
Daunnya majemuk, berselang-seling, bertangkai, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, berwarna hijau berkilat di sebelah atas dan hijau kusam di bawahnya.
Bunganya dalam malai di ketiak daun, berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Bunganya berkelamin dua, bertangkai pendek. Kelopaknya bertajuk 5, mahkotanya 5 helai, warna kuning hijau, lanset sungsang, 6-8 mm, dan samar-samar berbau harum.
Buahnya buah buni bulat agak gepeng, 5-6 cm, kuning atau kemerahan jika masak, berbulu halus seperti beludru. Daging buah bagian luar tebal dan keras, menyatu dengan kulit, kemerahan, agak masam. Daging buah bagian dalam lunak dan berair, melekat pada biji, putih, masam sampai manis. Biji 2-5 butir, besar, bulat telur agak pipih, cokelat kemerahan berkilat. Keping bijinya berwarna merah.
Literatur di Kebun Raya Bogor menyebutkan dikenal dua macam kecapi, yakni pohon dengan daun tua sebelum gugur berwarna kuning dan yang berwarna merah. Dahulu, kedua varietas ini dianggap sebagai spesies yang berbeda, yakni Sandoricum indicum untuk yang berdaun kuning dan Sandoricum nervosum untuk yang berdaun merah.
Kecapi dapat dijumpai di hutan primer dan sekunder pada ketinggian 1.200 m di atas permukaan air laut atau lebih. Beberapa laporan menyebutkan kecapi juga ditemukan di hutan dataran rendah Dipterocarpaceae dan hutan kerangas.
David Mabberley menyebutkan musim berbunga kecapi di Semenanjung Malaya sangat teratur, sehingga dijadikan penanda sebagai musim tanam padi.
Manfaat dan Khasiat Kecapi
Buah kecapi memiliki rasa manis atau agak masam, dan dapat dikonsumsi segar. Kulit buahnya yang berdaging tebal juga kerap dimakan dalam keadaan segar atau dimasak lebih dulu, dijadikan manisan atau marmalade.
Di beberapa wilayah, kecapi dimanfaatkan sebagai sirup. Bentuk lain dari pemanfaatan buah kecapi adalah sebagai minuman beralkohol yang difermentasikan bersama beras. Di Malaysia, dikutip dari krbogor.lipi.go.id, buah mudanya dijadikan bahan baku pembuatan permen. Di Thailand, buahnya yang masih muda menjadi bahan campuran masakan tradisional som tam.
Pohon kecapi juga dijadikan sebagai tanaman peneduh di jalur hijau karena tahan terhadap angin serta tidak menimbulkan sampah daun yang mengganggu. Kayu batangnya dapat dijadikan bahan konstruksi rumah, dek kapal, furnitur, berbagai perlengkapan rumah, alat-alat pertanian, sandal, bahan kerajinan, dan sebagai bahan pembuatan kertas dan tripleks.
Kecapi termasuk tumbuhan yang memiliki khasiat obat. Daging buah kecapi mengandung antioksidan dan substansi bioaktif flavonoid dalam jumlah besar. Bahan-bahan tersebut memiliki nilai nutrisi yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti jantung koroner dan sebagai antioksidatif serta anti-karsinogenik, berdasarkan penelitian PChutichudet dan tim (2008) yang dipublikasikan di situs perpustakaan nasional kedokteran di Amerika Serikat.
Demikian pula, peneliti yang sama menyebutkan kandungan vitamin C pada daging buah kecapi cukup tinggi, yaitu 14 mg/l00 ml jus buah kecapi.
Berbagai referensi menyebutkan berbagai bagian pohon kecapi juga memiliki khasiat obat. Rebusan daunnya secara tradisional digunakan sebagai penurun demam. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan cacing gelang. Akarnya untuk obat kembung, sakit perut dan diare, serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan.
Editor : Sotyati
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...