Keep The Fire On #5: Obah Gumergah
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Membaca kegaduhan yang terjadi dalam dinamika sosial-politik negeri ini dimana para pembuat kegaduhan menciptakan polarisasi terhadap masyarakat, menyekat dan mengkotak-kotakkan golongan serta kelas sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang menepikan bahkan meniadakan nilai-nilai kemanusian, ruang kolektif Survive!garage menggelar acara Keep The Fire On (KTFO) #5 mengangkat tema Obah Gumergah.
Acara dibuka oleh pengajar jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta Rain Rosidi, Rabu (23/7) malam.
KTFO #5 terdiri dari rangkaian acara exhibition, freewall project, store project, music perform, Ini Itu (Sharing Session), dan handpoke tattoo party. Menjaga semangat dan memberikan ruang bagi seniman mula-muda untuk mempresentasikan karyanya menjadi salah satu dialektika yang berkembang di ruang kolektif Survive!garage.
Pada program pameran diikuti 80% seniman muda dari 60 seniman yang berdomisili di Yogyakarta dan beberapa kota lainya meliputi Surakarta, Magelang, dan Malang mempresentasikan karya dua-tiga matranya di ruang pamer Survive!garage.
Kebaruan karya baik dalam ide maupun eksekusi kerap ditawarkan seniman muda di ruang kolektif Survive!garage. Ini diakui oleh kolektor karya seni Oei Hong Djien saat bulan Mei lalu untuk pertama kalinya OHD hadir di Survive!garage menyaksikan pameran sering berucap “fresh... fresh... fresh...” pada karya-karya yang dilihatnya.
Rahmawati Dian Suci misalnya dengan karya menggunakan medium cat air di atas kertas seolah sedang membaca dramatika kehidupan melalui obyek-obyek dalam karyanya: apa jadinya jika Hanya ada Jamur dalam Sumurku.
Dalam karya Aku Melihat Aku dengan medium tinta di atas kertas Ipeh Nur secara reflektif men-drawing dirinya yang terjebak dalam sebuah ruangan. Refleksi dalam bentuk satire direkam Oik Wasfuk dalam karya drawing-nya berjudul Percayalah Luuur... (Pemerintah Tahu Apa yang Terbaik untuk Rakyatnya). Lima figur obyek sedang bersiap-siap meresmikan mesin pembangunan dengan empat tangan melengkapi dua tangan pengeruk ekskavator yang siap bekerja dengan seringainya, di depannya seorang pendoa memanjatkan harapan sekaligus mungkin menyisakan banyak pertanyaan.
Kritik atas pembangunan diekspresikan juga oleh Fitri Dk dalam karya hardboard cut di atas kertas berjudul Kendeng Lestari. Hingga keluarnya keputusan pengadilan yang memenangkan gugatan masyarakat di tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung (MA), masih menyisakan permasalahan atas tafsir putusan MA oleh para pihak terlibat.
Pada karya berjudul Moralisa dalam medium linoblock print reduction, Muhammad “Ucup” Yusuf mendekonstruksi karya Leonardo da Vinci berjudul Monalisa. Relasi manusia hari ini yang sering diwarnai dengan perebutan tafsir tunggal atas kebenaran dengan mengatasnamakan dogma agama-keyakinan kerap meminggirkan bahkan meniadakan pihak lain. Kepada siapa kritik Ucup disampaikan? Kepada semua manusia yang lupa pada sisi kemanusiaannya.
KTFO #5 berlangsung hingga 23 Agustus 2019. Tujuh seniman terlibat dalam Freewall Project yakni El Kamprettoz (Jogja), Techoo (Jogja), 325 (Jogja), Young Surakarta (Solo), Fauzan Abusalam (Solo), Wahyu Eko Prasetyo (Solo), dan Dika RABT (Solo) yang merespon dinding luar Survive!garage dengan mural.
Art shop Survive!garage menghadirkan Store Project dari seniman-perupa Ah.Ah.Gus (Jogja), Beni Fajar (Jogja), Khairina Savira (Jogja), Pebri.FP (Jogja), Sulton (Jogja), Ya.Galih (Jogja).
KTFO #5 sendiri yang dibuka pada Rabu (23/7) malam dimeriahkan dengan penampilan empat performer yakni King Mas Mus (Bali), Dasonjah (Jogja), Jono Terbakar (Jogja), Talamariam (Jogja).
Program lainnya berupa sharing session mengangkat tema Ini Itu diisi oleh Tuyuloveme (Jogja), sementara handpoke tatto party menghadirkan Efnu Nirwana (Jogja), MLTVTHRW (Jogja), dan Noise Tattoo Club (Jogja).
“Saya mengikuti dan turut membantu menyiapkan KTFO dari pertama kali. (KTFO) bukan untuk mengangkat isu secara tematik (dengan lebih spesifik), namun lebih pada membangun dan menjaga semangat di antara anggota ruang kolektif,” jelas penulis pameran Huhum kepada satuharapan.com saat pembukaan KTFO #5, Rabu (23/7) malam.
Tentang tema Obah Gumergah, Huhum Hambilly dalam catatan pameran menuliskan "....karya-karya dalam pameran ini bak souvenir kehidupan, sebagai tanda kenangan dari zaman yang kesusahan untuk menyebut dirinya sendiri. Orang-orang, para seniman kita terus melaksanakan adegan semacam ini betapapun segalanya segera berakhir. Ini dunia penuh kutukan hanya memberi kesempatan umat manusia untuk berusaha. Kita harus tetap bergerak dan bangkit lagi, obah gumregah, untuk hari ini, esok hari, dan seterusnya."
Dengan tetap menjaga semangat dalam Keep The Fire On, Survive!garage terus mengelaborasi realitas atas pilihan ke dalam ruang fisik dan spirit. Ada harapan yang diikuti dengan upaya dan gerak langkah. Karena nama adalah doa
Pameran "Keep The Fire On#5: "Obah Gumergah" akan berlangsung di SURVIVE!garare Jalan Nitiprayan No. 99, Ngestiharjo, Kasihan-Bantul hingga 23 Agustus 2019.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...