Kekerasan dan Geng Anak Muda Menimbukan Gangguan Jiwa
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Geng anak-anak muda diyakini secara signifikan lebih mungkin menimbulkan gangguan mental dan akhirnya membutuhkan bantuan psikiater secara serius ketimbang dari kelompon pria dewasa. Demikian kesimpulan dari sebuah penelitian di Inggris.
Dalam sebuah survei yang dilakukan terhadap 108 kelompok geng, para peneliti menemukan bahwa separuh dari mereka memiliki gangguan kecemasan, lebih dari 85 persen mengalami gangguan kepribadian, dan 25 persen positif mengalami psikosis.
Paparan kekerasan yang mereka alami adalah kemungkinan penyebab timbulnya masalah kesehatan mental tersebut, kata penelitia itu. Sayangnya, para ahli itu mengatakan bahwa kesempatan untuk membantu anak-anak muda ini sering terlewat.
Penelitian itu dilakukan oleh tim dari Queen Mary, Universittas Queen Mary di London. Survei dilakukan terhadap 4.664 anggota geng pria berusia antara 18 dan 34. Mereka semua ada di Inggris. Penelitian itu juga mencakup daerah-daerah dengan populasi anggota geng yang tinggi, seperti Hackney dan Glasgow Timur, serta daerah dengan populasi etnis minoritas tinggi dan ada deprivasi sosial.
Dari total sampel itu disebutkan bahwa 3.284 responden mengatakan mereka belum mengalami kekerasan dalam lima tahun terakhir, 1.272 mengatakan mereka telah menyerang orang lain atau terlibat dalam perkelahian, dan 108 orang mengatakan mereka sedang terlibat dalam sebuah geng.
Siklus Kekerasan
Para anggota geng anak-anak muda yang akrab dengan kekerasan sangat rentan terhadap gangguan mental dan seharusnya mengakses layanan kejiwaan. Prof. Jeremy Coid, penulis utama studi dan Direktur Psikiatri Unit Penelitian Forensik pada Universitas Queen Mary menjelaskan tentang kemungkinan penyebabnya.
"Di antara anggota geng menjadi tinggi tingkat gangguan kecemasan dan psikosisnya, karena gangguan stres pasca-trauma. Hal ini merupakan gangguan kejiwaan yang paling sering akibat terpapar kekerasan," kata dia.
Dia khawatir kekerasan seperti itu bagi masa depan masyarakat yang dipimpin oleh pemuda yang mengalami kecemasan ekstrim.
Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Psychiatry itu mengatakan, "keinginan membalas dendam dengan kekerasan, kegembiraan yang didapat dari kekerasan, dan manfaat jangka pendek dari tindakan kekerasan menyebabkan siklus kekerasan yang lebih lanjut, dan memperbesar risiko pada korban kekerasan."
Studi ini juga menemukan bahwa, dari 108 anggota geng yang disurvei, sekitar sepertiganya telah melakukan percoba bunuh diri.
Para penulis mengatakan, hal ini berkaitan dengan gagasan bahwa kekerasan dapat mempengaruhi secara lahiriah dan batiniah. Namun depresi secara signifikan lebih umum di antara anggota geng dan para penindas.
Masalah Sepanjang Hidup
Andy Bell, wakil kepala eksekutif dari Pusat Kesehatan Mental, mengatakan bahwa mereka telah melakukan penelitian mereka sendiri di daerah ini dan menemukan tingkat yang sangat tinggi masalah mental pada anak laki-laki dan perempuan anggota geng.
"Sangat jelas mereka memiliki banyak masalah sepanjang hidup mereka. Mereka sering berhubungan dengan narkoba, alkohol dan masalah penganiayaan di rumah . Hal itu semua berkontribusi terhadap kesehatan mental yang buruk,” katanya.
Prof. Coid menyarankan agar profesional kesehatan menyadari dan mempertimbangkan keanggotaan geng ketika memeriksa seorang pemuda dengan penyakit kejiwaan di daerah perkotaan.
Penelitian ini melaporkan bahwa meskipun hanya 1 persen dari pria berusia 18 - 34 tahun di Inggris adalah anggota geng, di beberapa daerah seperti Hackney angkanya meningkat menjadi sekitar 8,6 persen. Bahkan usia anggota geng bisa lebih rendah, yaitu 15 tahun.
MAC-Inggris, sebuah badan amal yang berbasis di Camden dan Southwark di London, melayani kebutuhan kesehatan mental pemuda berusia 16 sampai 25 yang terlibat dalam geng dan perilaku antisosial.
Dr. Charlie Alcock, CEO badan amal itu, dan seorang psikolog klinis, mengatakan, masalah kesehatan mental pemuda membutuhkan pendekatan yang berbeda.(bbc.co.uk)
RI-Inggris Sepakat Tingkatkan Keamanan Siber
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden RI Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Sta...