Kelompok Marxis Turki Klaim Serang Kantor Perdana Menteri
ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM – Sebuah kelompok Marxis Turki yang dilarang pada hari Jumat (2/1) mengatakan mereka berada di belakang upaya serangan pada Istana Istanbul yang dibangun pada era kekaisaran Ottoman, dan sebelumnya menjadi kantor Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Partai Front Revolusioner Pembebasan Rakyat (DHKP-C) mengatakan bahwa salah satu anggotanya melakukan percobaan serangan pada Kamis (1/1)sore di luar istana Dolmabahce yang bersejarah di Istanbul, wilayah Bosphorus.
Pria yang bernama Firat Ozcelik, melemparkan dua granat pada polisi yang berjaga di luar istana, tetapi granat gagal meledak. Dia lalu ditangkap dan diinterogasi oleh polisi di Istanbul, kata televisi Turki.
DHKP-C mengatakan dalam sebuah pernyataan di situsnya bahwa "aksi bersenjata telah direalisasikan oleh salah satu prajurit kami."
Istana Dolmabahce, salah satu istana terakhir dari Kekaisaran Ottoman, dan juga tempat pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk, meninggal pada tahun 1938. Tempat itu menjadi tujuan wisata utama di Istanbul.
Sebagian istana terbuka untuk umum, namun ada bagian untuk ruang resepsi dan kantor perdana menteri Turki, jabatan Erdogan pada kurun 2003-2014 sebelum menjadi presiden.
DHKP-C mengatakan telah menargetkan istana itu sebagai pembalasan atas kematian Berkin Elvan, seorang remaja pengunjuk rasa yang meninggal pada Maret 2014 setelah menghabiskan 269 hari dalam keadaan koma karena luka oleh tindakan polisi. Dia ikut dalam protes massa anti pemerintah pada Mei -Juni 2013.
"Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) adalah pembunuh" Elvan, katanya, mengacu pada partai yang berkuasa. "Kemudian Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan memerintahkan pembantaian," tambahnya dalam pernyataan itu.
Sementara itu, harian Turki, Hurriyet, mengatakan bahwa Ozcelik meneriakkan slogan-slogan mendukung DHKP-C setelah ditangkap oleh polisi. Selain granat, tersangka dipersenjatai dengan senapan mesin yang "sangat tua" dan pistol, kata polisi.
Ahmet Davutoglu, yang menggantikan Erdogan sebagai perdana menteri, diduga tidak berada di gedung pada saat itu.
DHKP-C adalah sebuah organisasi Marxis radikal dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Selama bertahun-tahun terakhir mereka melakukan serangkaian serangan sporadis, dan kadang-kadang mematikan di Turki dan luar negeri.
Kelompok ini mengklaim bom bunuh diri pada bulan Februari 2013 di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Ankara di mana seorang penjaga keamanan meninggal. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...