Kelompok Peretas Korut di Balik Serangan Siber Sony
LOS ANGELES, SATUHARAPAN.COM – Sumber dari Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan para penyelidik menetapkan Korea Utara menjadi dalang ada di balik serangan siber kepada Sony Pictures.
Serangan siber itu membuat studio menarik rencana perilisan film komedi The Interview, yang menceritakan usaha pembunuhan pemimpin Korea Utara.
Seperti dikutip Reuters, para peretas mengatakan tujuan mereka melakukan serangan siber karena mereka dibuat marah oleh film tersebut. Serangan siber kepada Sony dilakukan bulan lalu dengan membocorkan dokumen-dokumen studio itu yang kemudian menghebohkan dunia.
The Interview rencananya akan diputar pada 25 Desember di ribuan bioskop. "Sony tak punya rencana merilis film ini dalam waktu dekat," kata juru bicara perusahaan itu.
Belum lama ini Sony membatalkan rilis iklan film itu pekan depan dan keputusan itu mendapat kritik dari banyak kalangan.
"Ambruknya Sony membuat Amerika kalah dalam perang sibernya," kata mantan Ketua DPR Newt Gingrich dalam Twitter.
Kelompok peretas Selasa (16/12) lalu telah mengancam melancarkan serangan ke bioskop-bioskop yang berencana memutar film ini.
Ancaman ini membuat bioskop-bioskop besar menangguhkan rencana untuk memutar The Interview.
Sementara itu sejumlah pejabat keamanan nasional AS berkata kepada Reuters, pemerintah tidak punya bukti mengenai ancaman terhadap penonton film.
‘Guardian of Peace’ Acam Penonton
Kelompok peretas Guardian of Peace memang telah mengaku bertanggung jawab atas serangan peretasan Sony Pictures. Di Pastebin, sebuah situs yang memperbolehkan tulisan dari akun anonim, kelompok ini mengatakan orang-orang yang menonton film The Interview akan mengalami sesuatu yang buruk.
"Dunia akan penuh dengan ketakutan. Ingat serangan 11 September 2001," tulis kelompok tersebut seperti dilansir CNN pada Kamis (18/12).
Kelompok peretas mengimbau orang-orang yang tinggal di dekat bioskop untuk menjaga jarak.
Sementara itu, wakil komisaris intelijen dan pemberantasan terorisme, John Miller, Kepolisian New York atau NYPD saat ini berencana menjaga lokasi teater tersebut dengan menambah petugas keamanan untuk keadaan darurat.
Miller mengatakan ia telah berkoordinasi dengan biro intelijen federal (FBI).
"Kami akan terus mengevaluasi ancaman ini. Sebenarnya belum jelas apakah ancaman mereka ini adalah serangan siber atau fisik," kata Miller. (Reuters/Ant/cnn.com)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...