Kelompok Separatis di Papua Serang Pasukan TNI
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM-Kelompok separatis di Papua menyerang pasukan tentara Indonesia yang dikerahkan untuk menyelamatkan seorang pilot Selandia Baru yang disandera oleh pemberontak di Provinsi Papua, menyebabkan sedikitnya enam orang tewas, dan sekitar 30 orang hilang, kata para pejabat, hari Minggu (16/4).
Informasi awal dari laporan tentara mengatakan ada sekitar 36 tentara di sebuah pos di distrik perbukitan Nduga, ketika penyerang dari Tentara Pembebasan Papua Barat, sayap bersenjata Gerakan Papua Merdeka, melepaskan tembakan pada hari Sabtu (15/4).
Sedikitnya enam tewas dan 21 lainnya melarikan diri ke hutan, menurut laporan militer yang dilihat wartawan. Seorang juru bicara militer mengkonfirmasi hanya satu yang tewas. Sembilan tentara dilaporkan ditahan oleh para pemberontak.
Juru bicara TNI di Papua, Kolonel Herman Taryaman, mengatakan para prajurit itu adalah bagian dari kelompok yang mencari Phillip Mark Mehrtens, seorang pilot Selandia Baru untuk perusahaan penerbangan Indonesia Susi Air yang diculik oleh pemberontak pada bulan Februari.
Dia mengatakan pihak berwenang yang sedang mencari sekitar 30 tentara. “Belum diketahui secara pasti berapa jumlah tentara Indonesia yang tewas dan terluka,” kata Taryaman. “Kami masih melakukan pencarian, tetapi hujan lebat, cuaca berkabut, dan kurangnya komunikasi menghambat upaya pencarian dan evakuasi kami.”
Laksamana Pertama Julius Widjojono, juru bicara TNI, mengatakan pada konferensi pers di Jakarta, bahwa operasi pencarian akan dilakukan "dengan kekuatan maksimum."
Dia mengatakan pemberontak menghadapi pasukan ketika mereka mencoba menyisir daerah yang dekat dengan posisi pilot dan penculiknya. Pemberontak menembak seorang tentara yang jatuh ke jurang sedalam 15 meter (49 kaki), dan melancarkan serangan kedua saat pasukan mengeluarkan tubuhnya, kata Widjojono. Dia mengkonfirmasi hanya satu kematian sejauh ini.
Juru bicara pemberontak, Sebby Sambom, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pejuang kelompok itu melakukan serangan itu sebagai balas dendam atas pembunuhan dua pemberontak dalam baku tembak dengan pasukan keamanan Indonesia bulan lalu. Dia mengatakan sedikitnya sembilan anggota pasukan elite Indonesia tewas dalam serangan hari Sabtu.
Sambom mendesak pemerintah Indonesia untuk menghentikan operasi militernya di Papua. Dia juga mengatakan kelompoknya telah menawarkan untuk bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia dan Selandia Baru untuk pilot yang mereka sandera, tetapi mengatakan mereka belum menerima tanggapan.
“Pemerintah Indonesia harus menghentikan operasi keamanannya di Papua dan bersedia bernegosiasi dengan para pemimpin kami di bawah mediasi pihak ketiga yang netral dari badan PBB,” kata Sambom.
Widjojono mengatakan, operasi militer di Papua dilancarkan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa yang besar. “TNI tidak pernah mundur satu kali pun dalam menjaga kedaulatan wilayah kita,” kata Widjojono. “Dan ini diterapkan secara konsisten di Papua.”
Pemberontak pada Februari menyerbu sebuah pesawat bermesin tunggal tak lama setelah mendarat di landasan pacu kecil di Paro di distrik terpencil Nduga dan menculik pilotnya. Pesawat tersebut awalnya dijadwalkan untuk menjemput 15 pekerja konstruksi yang telah membangun sebuah pusat kesehatan setelah pemberontak separatis mengancam akan membunuh mereka. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...