Keluarga Besar Gus Dur Kecam Pernyataan Prabowo
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Keluarga besar Gus Dur menyesalkan pernyataan Prabowo Subianto dalam wawancara dengan Allan Nairn. Mereka menilai pernyataan itu menghina sosok Gus Dur dan mengharapkan calon presiden nomor urut satu itu mengklarifikasi pernyataannya. Juga, Keluarga besar Gus Dur juga menyesalkan penggunaan figur Gus Dur dalam kampanye kubu Prabowo-Hatta.
Pernyataan keluarga besar mantan Presiden Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid diterima satuharapan.com dalam rilis, Sabtu (5/7) terkait wawancara Allan Nairn dengan Prabowo Subianto. Keluarga Gus Dur juga mengimbau agar pecinta dan pendukung menhan diri dan tidak bertindak emosional atas pernyataan Gus Dur.
Wawancara Allan Nairn dengan Prabowo S dilakukan pada pertengahan Juni dan Juli 2001 di kantor Prabowo di kawasan Mega Kuningan.
Seperti tertulis dalam blog Allan Nairn, dalam wawancara, Prabowo menyatakan “Indonesia belum siap untuk demokrasi, karena masih ada kanibal dan kerumunan yang bikin rusuh”. Prabowo juga melanjutkan “keberagaman etnis dan agama adalah penghalang demokrasi dan membutuhkan rezim otoriter yang jinak”.
“Militer pun bahkan tunduk pada presiden buta! Bayangkan! Coba, lihat dia, bikin malu saja!”, kata Prabowo dalam wawancara dengan Allan Nairn. Prabowo merujuk presiden buta dengan Gus Dur. Pernyataan itu yang dianggap menghina sosok Gus Dur oleh keluarga besarnya.
Allan Nairn merupakan wartawan investigatif di AS. Ia telah meliput konflik kekerasan di Guatemala, Haiti dan Timor Timur. Karya jurnalistiknnya di Timor Timur mendapat penghargaan Robert F. Kennedy Memorial Prize.
Berikut ini adalah pernyataan lengkap keluarga besar Gus Dur.
Pertama, keluarga Gus Dur telah berjumpa dan berdiskusi dengan Sdr. Allan Nairn selaku pewawancara dan penulis artikel, untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai konteks komentar mengenai Gus Dur dalam wawancara tersebut. Dari pertemuan ini kami menyimpulkan bahwa komentar tersebut diutarakan dalam pembahasan mengenai tidak siapnya bangsa Indonesia terhadap demokrasi di negara ini.
Kedua, berlandaskan prinsip keadilan, dan demi menjaga agar situasi ini tidak berkembang menjadi fitnah publik berkepanjangan, kami membuka komunikasi dan mengharapkan klarifikasi dari Bapak Prabowo Subianto mengenai pernyataan yang sudah menjadi polemik publik ini.
Ketiga, apabila pernyataan Bapak Prabowo Subianto dalam wawancara tersebut benar adanya, walaupun dilontarkan dalam konteks pembahasan mengenai demokrasi di Indonesia, maka kami sangat menyesalkan pernyataan tersebut. Sebagai tokoh nasional, kami berharap Bapak Prabowo mampu meneladankan sikap non-diskriminatif kepada siapapun warga bangsa tanpa menilik perbedaan fisik. Begitu pun sikap menghormati pemimpin bangsa yang terpilih oleh rakyat melalui mekanisme demokratis, siapapun ia.
Keempat, pernyataan bernada merendahkan terhadap Gus Dur tersebut menjadi kontras dengan masifnya penggunaan figur Gus Dur dalam kampanye yang dilakukan oleh pendukung Bapak Prabowo Subianto selama ini di seluruh penjuru Indonesia.
Kelima, para pecinta Gus Dur dan sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya telah mendesak kami untuk mencapai sikap dan penyelesaian akhir dalam merespons persoalan ini.
Keenam, kami meminta masyarakat untuk menahan diri dari sikap emosional dan reaktif terhadap persoalan ini, mengingat persoalan sensitif ini muncul dalam suasana puncak kampanye Pemilihan Presiden 2014. Kita seyogyanya mengedepankan prinsip dialog untuk menggali kebenaran, sebagaimana selalu diteladankan oleh guru kita Al-Maghfurlah Gus Dur.
Editor : Bayu Probo
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...