Kematian Pekerja Dunkin’ Donuts, Ungkap Upah Rendah di AS
NEW JERSEY, SATUHARAPAN.COM – Seorang wanita New Jersey yang meninggal pada beberapa pekan lalu, mengungkapkan kurangnya waktu istirahat dan upah rendah yang diterapkan oleh restoran cepat saji di Amerika Serikat (AS), Dunkin’ Donuts.
Polisi menemukan Maria Fernandes (32) meninggal di mobilnya yang terparkir di depan sebuah convenience store di Jalan Elizabeth N.J., pada Senin (25/8) malam. Fernandez mengenakan seragam Dunkin’ Donuts saat ditemukan. Berdasarkan kesaksian sesama karyawan, Fernandez melakukan empat pekerjaan, sebagaimana disampaikan humas kepolisian wilayah setempat, Letnan Daniel Saulnier.
Penyelidik menemukan bahwa asap di dalam mobil Fernandez disebabkan oleh kaleng bensin yang tumpah di belakang bagian dalam mobil. Seorang teman almarhum mengatakan, Fernandez biasa menyimpan bensin di belakang untuk berjaga-jaga agar tidak kehabisan bensin saat berangkat kerja. Kemudian ia tidur di parkiran untuk istirahat selama beberapa jam di sela-sela pekerjaannya.
“Ini cerita yang sangat menyedihkan dan benar-benar tragis, adalah masalah nyata khususnya bagi pekerja berupah rendah saat ini,” kata penasehat senior dan direktur keadilan tempat kerja bagi perempuan di National Women’s Law Center, Elizabeth Watson.
Kematian Fernandes hanyalah salah satu dari banyak kasus dalam daftar panjang perempuan berpenghasilan rendah yang harus menjalani beberapa pekerjaan sekaligus untuk dapat menyambung hidup.
Misalnya seperti Shanesha Taylor didakwa dengan kejahatan anak. Taylor pada Maret lalu meninggalkan kedua anaknya di dalam mobil, sementara ia pergi untuk wawancara kerja. Debra Harrell ditangkap pada bulan Juli setelah meninggalkan putrinya 9 tahun bermain di taman sendirian, sementara ia bekerja di McDonald.
Kasus lainnya seperti Jannette Navarro mengatakan kesulitan mengatur jadwal kerja yang tidak menentu untuk pekerjaan USD 9 (sekitar Rp.106.000) per jam di Starbucks, di mana karena upah tersebut mendorong perusahaan untuk mengubah kebijakan penjadwalan.
Pekerjaan paruh waktu dan upah rendah telah berkembang selama pasca-resesi ekonomi di AS. Sementara bisnis restoran cepat saji dan retail sedang booming. Namun biaya perawatan anak, kesehatan, pendidikan dan layanan lainnya terus meningkat, menambah beban pekerja berupah rendah.
Upah rendah dan jadwal tidak pasti membuat para pekerja berupah rendah terpaksa menjalani lebih dari satu pekerjaan untuk mencari nafkah. Dalam menjalankannya, perempuan lebih menderita dari laki-laki menurut Lembaga Studi Perempuan yang difokuskan pada isu-isu ekonomi perempuan.
Seperti Fernandes meskipun tidak memiliki anak, banyak perempuan bekerja paruh waktu dengan upah rendah. Masalah ini akan lebih parah bila mereka punya anak.
Fernandes diketahui bekerja di beberapa restoran sekaligus, Dunkin' Donuts, Newark Penn Station, dan dua lainnya.
Dunkin’ Donuts menegaskan bahwa outlet tempat Fernandez bekerja merupakan franchise yang berbeda pemiliknya, tentu saja pemiliknya tidak tahu ia bekerja lebih dari 40 jam seminggu di beberapa tempat.
“Kami sangat sedih dan belajar dari kematian tragis Maria Fernandes. Kami ingin menyampaikan rasa simpati kami yang terdalam untuk keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan,” tulis juru bicara Dunkin’ Donuts, Michelle King pada Huffingtonpost.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...