Kemboja, Masuk Ensiklopedia Tanaman Antikanker
SATUHARAPAN.COM – Ingat kemboja, ingat pekuburan. Namun, itu dulu. Kemboja kini termasuk salah satu tanaman hias favorit untuk pekarangan di kompleks perumahan baru.
Mengumpulkan luruhan bunga kemboja kini juga jadi matapencarian sebagian orang. Luruhan bunga itu diolah menjadi produk kosmetik.
Para peneliti pun mulai melirik khasiat kemboja untuk pengobatan. Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) memasukkan kemboja dalam ensiklopedia tanaman antikanker.
Kemboja ditemukan oleh ahli botani berkebangsaan Prancis, Charles Plumier. Karena itu kemboja mempunyai nama Latin Plumeria. Plumeria menjadi nama yang umum bagi tumbuhan ini di samping frangipani, setelah seorang marquess dari Italia menemukan manfaatnya sebagai bahan parfum.
Bunga kemboja, menurut Wikipedia, terdiri dari atas beberapa macam jenis dan varietas. Paling umum adalah Plumeria acuminata, W.T.Ait, adalah jenis kemboja dengan bentuk mahkota membulat serta bagian ujung menggulung. Plumeria acutifolia adalah jenis yang baunya harum, dan sering digunakan untuk upacara keagamaan di Bali. Plumeria Bali-Whirl adalah kemboja dengan mahkota bertumpuk.
Plumeria Cendana adalah kemboja yang berbau harum tetapi bergetah dan getahnya mengandung racun yang dapat menimbulkan rasa gatal. Plumeria Kok Putih adalah kemboja ini yang sekalipun sudah mekar tetap terlihat menguncup. Plumeria alba adalah jenis kemboja yang bunga dan daunnya langsing.
Kemboja lain yang dikenal adalah kemboja jepang. Memiliki nama ilmiah Adenium obesum, kemboja ini hanya namanya saja jepang, karena asalnya dari Benua Afrika, yakni Tanzania, Kenya, dan Uganda. Tanaman hias yang sangat populer ini sangat dikenal dengan nama “the rose of desert (mawar padang pasir)”, karena mampu bertahan hidup meskipun tumbuh di padang pasir.
Kemboja, mengutip dari Wikipedia, adalah tumbuhan asal Amerika Tengah dengan penyebaran meliputi Ekuador, Kolombia, Kuba, Venezuela, dan Meksiko. Tidak ada keterangan bagaimana tumbuhan ini menyebar hingga ke Indonesia. Kemungkinan diintroduksi oleh bangsa Belanda dan Portugis yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan menyukai panorama tropis.
Tumbuhan kemboja dapat mencapai tinggi 1,5-6 meter, dan mengandung getah. Tumbuhan ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman, di pekuburan, atau tumbuh secara liar.
Kemboja tumbuh di daerah dataran rendah hingga 700 meter di atas permukaan air laut.
Dokter S Dalimartha dalam bukunya, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker (1999) menyebutkan daun kemboja berkelompok rapat pada ujung ranting, bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip.
Bunganya dalam malai rata, berkumpul di ujung ranting. Mahkotanya berbentuk corong, sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning, putih atau merah, berbau harum.
Kemboja berbiji banyak, biji bersayap, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam kecokelatan.
Manfaat dan Khasiat Kemboja
Adrian dan Endang Sulistyorini, SP dari CCRC Fakultas Farmasi UGM menyebutkan kemboja jenis Plumeria acuminate mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, dan asam serotinat. Plumierid merupakan suatu zat pahit beracun. Menurut dr A Seno Sastroamidjojo (1967), kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur), sedangkan kulitnya mengandung zat pahit beracun.
Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991), akar dan daun Plumeria acuminate mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Jenis ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol.
Bunga kemboja mempunyai banyak khasiat, sebagai obat luar maupun dalam. Jenis Plumeria acutifolia, contohnya, berkhasiat untuk obat kencing nanah, bengkak, serta bisul.
Wikipedia menyebutkan kemboja secara tradisional dimanfaatkan untuk mengobati gigi berlubang, dengan cara melumaskan getah kemboja pada kapas untuk menutup gigi yang berlubang.
Sebagai obat dalam, rebusan bunga kemboja digunakan sebagai obat disentri. Penelitian Bimbi Ardila, “Uji Daya Hambat Getah Bunga Kamboja (Plumeria acuminata) terhadap Pertumbuhan Shigella dysentri Secara In Vitro” yang dimuat di Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains Volume 1 No 1 Juni 2013 menyebutkan getah bunga kemboja dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysentri yang dibuktikan dengan pembentukan zona bening di sekitar cakram yang telah dicelupkan pada getah bunga kemboja.
Amna Hartiati, Ni Putu Suwariani, I Wayan Arnata, dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, dalam penelitian “Korelasi Antara Kandungan Kimia Dengan Penilaian Organoleptik Teh Bunga Kamboja (Plumeria alba)” yang dimuat dalam elib.pdii.lipi.go.id, menyebutkan kemboja (Plumeria alba) dapat diolah menjadi minuman teh. Hal itu karena kemboja menyimpan banyak manfaat, mulai dari akar, batang, getah, daun, kulit batang, sampai bunganya.
Bunga kemboja yang beraroma semerbak, diidentifikasi mengandung senyawa alkaloid, steroid, tanin, flavonoid, saponin serta berkhasiat menurunkan demam, disentri, dan mengobati panas dalam. Bunga kemboja juga memiliki potensi sebagai antioksidan alami karena kandungan tanin dan flavonoidnya.
Kemboja juga dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam makanan ringan, contohnya tempura bunga, dengan menambahkan bumbu bawang putih, merica, garam, tepung terigu, dan baking powder.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...