Kemendag Dorong Eksportir Jajaki Pasar Amerika Selatan
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Perdagangan mendorong para pebisnis menyasar negara-negara nontradisional (emerging market) selain fokus pada negara tradisional guna menggenjot peningkatan ekspor nonmigas.
Salah satu negara nontradisional yang didorong untuk mulai dijajaki ialah pasar Amerika Selatan, di samping juga Eropa Tengah dan Afrika.
Hal ini ditegaskan Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Karyanto Suprih pada Forum Pertemuan Pelaku Ekspor Jawa Barat dengan tema “Meraih Pasar Amerika Selatan dalam Rangka Meningkatkan Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia”, di Bandung, Jawa Barat, hari Kamis (2/6).
“Kawasan Amerika Selatan menyimpan potensi yang sangat besar sebagai pasar bagi produk Indonesia, namun nilai perdagangan Indonesia ke kawasan tersebut masih tergolong kecil. Barang-barang konsumsi yang berpotensi besar yaitu produk tekstil, otomotif, dan hasil pertanian,” kata Karyanto dalam keterangan tertulis, hari Senin (6/6).
Selama 2015, nilai ekspor Indonesia ke negara-negara di kawasan Amerika Selatan tercatat masih sangat rendah. Nilai total eskpor Indonesia sebesar US$ 2 miliar di mana 99 persen-nya merupakan ekspor produk nonmigas.
Adapun negara-negara utama tujuan ekspor nonmigas yaitu Brasil, Argentina, dan Peru. Karyanto mengungkapkan, angka tersebut sangatlah rendah dibandingkan dengan potensi yang ada.
Padahal menurut Karyanto, peluang pasar Amerika Selatan sangat terbuka lebar dengan penduduk sekitar 387 juta jiwa dan pendapatan per kapita di atas US$ 11.000.
Pertumbuhan ekonomi Amerika Selatan juga tidak terlalu terpengaruh dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Eropa, serta Amerika Selatan telah memiliki kelas menengah yang berjumlah lebih dari 100 juta jiwa.
“Dengan perekonomian yang cukup baik tersebut, pola konsumsi golongan kelas menengah dapat terus terdorong sehingga menciptakan peluang yang baik melakukan penetrasi pasar,” lanjutnya.
Negara-Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi adalah Argentina, Ekuador, dan Peru berada di atas 6,5 persen.
Negara-negara Amerika Selatan dengan kelas menengah terbesar saat ini adalah Uruguay (56 persen) dan Argentina (53 persen), sedangkan Bolivia (13 persen) dan Paraguay (19 persen) merupakan negara yang memiliki kelas menengah terendah di Amerika Selatan.
Karyanto mengatakan beberapa alasan yang menyebabkan minimnya perdagangan Indonesia ke wilayah tersebut, yaitu karena eksportir masih menganggap lokasi Amerika Selatan terlalu jauh, keuntungan yang belum dapat diprediksi, serta karena Amerika Selatan masih tidak ada dalam struktur promosi.
Selain itu, produk yang dihasilkan juga masih belum berorientasi pada customer. Oleh karena itu, Karyanto mengharapkan para produsen untuk dapat berinovasi dan berkreasi dalam menciptakan produk yang dapat diminati oleh pasar Amerika Serikat.
Pada Forum Pertemuan Pelaku Ekspor yang diselenggarakan Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor Ditjen Perdagangan Luar Negeri itu, dihadiri lebih dari 100 orang peserta yang terdiri dari pelaku ekspor, UKM, KADIN Daerah, asosiasi, akademisi, dan instansi pemerintah di Provinsi Jawa Barat.
Sedangkan para pembicara dalam forum tersebut adalah Perwakilan Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri Kemendag Kasan Muhri, mantan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sao Paolo Bayu Setiawan, Ketua Ikatan Eksportir dan Importir Amalia, dan Direktur PT. Asuransi ASEI Badruz Zaman.
Pada kesempatan tersebut, Karyanto juga mengimbau para eksportir yang ingin memasuki pasar di Amerika Selatan agar mencari informasi melalui Perwakilan Republik Indonesia, seperti Atase Perdagangan atau Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) dalam rangka menyukseskan penetrasi pasar nontradisional.
Langkah lain yang bisa dilakukan dalam rangka mendukung para eksportir untuk memaksimalkan pasar Amerika selatan adalah pemanfaatan trade financing di Indonesia.
Karyanto menyatakan, skema pembiayaan ekspor merupakan hal yang sangat penting bagi industri-industri di Indonesia dalam meningkatkan daya saing produk-produk ekspornya.
“Tujuan pemberian pembiayaan ekspor nasional adalah untuk mempercepat laju pertumbuhan perdagangan luar negeri Indonesia dan meningkatkan daya saing pelaku bisnis, serta menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong program peningkatan ekspor nasional,” katanya.
Perorangan yang berdomisili di dalam dan luar negeri, maupun badan usaha yang berbadan hukum ataupun tidak, dapat memperoleh pembiayaan ekspor dari Lembaga Pembiayaan dan Asuransi Ekspor. Lembaga keuangan ini dapat memberikan pembiayaan, penjaminan, dan jasa konsultasi bagi eksportir nasional.
“Jika ekspor ke kawasan nontradisional seperti Amerika Selatan itu dapat ditingkatkan, maka akan sangat berarti bagi upaya Pemerintah menaikan nilai ekspor nonmigas,” katanya.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...