Kemenkes: 90 Persen Kasus Limfoma Sembuh Bila Deteksi Dini
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyakit limfoma atau kanker kelenjar getah bening memiliki peluang sembuh 90 persen jika berhasil dideteksi secara lebih dini, kata seorang pejabat di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
"Kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (20/9).
Limfoma adalah kanker darah yang ditandai dengan pembengkakan pada kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dan kapan saja.
Ia mengatakan limfoma merupakan kanker yang berkembang pada sistem kelenjar getah bening dan menyerang sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi sehingga dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh.
Menurut dia masyarakat perlu mengetahui faktor risiko dan gejalanya sejak dini agar tidak terlambat.
Gejala yang timbul di antaranya pembengkakan atau benjolan kelenjar getah bening pada bagian leher, ketiak atau pangkal paha.
Selain itu, kata dia, pengidap limfoma juga mudah berkeringat pada malam hari, tubuh lemas, dan demam, mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan, hingga timbul gatal-gatal pada kulit.
Data Direktorat Jenderal P2P Kemenkes melaporkan sebanyak 4,1 persen dari seluruh pengidap kanker atau sebanyak 16.125 orang di Indonesia mengidap kanker kelenjar getah bening.
"Sebanyak 9.024 kasus kematian disebabkan oleh kanker kelenjar getah bening atau limfoma yang merupakan kanker ketujuh tertinggi di Indonesia," ujarnya.
Jika penyakit itu telah dideteksi dini hingga berujung pada stadium lanjut, katanya, maka angka keberhasilan penyembuhan hanya berkisar 10 persen.
Ia mengatakan penyakit kanker pada umumnya dapat dicegah melalui penerapan pola hidup sehat.
"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan 30--50 persen kematian akibat kanker dapat dicegah dengan menerapkan perilaku hidup sehat," katanya.
Untuk itu, ia mengajak masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin agar dapat mendeteksi dini apabila terdapat benjolan.
Selain itu, masyarakat juga perlu melakukan aktivitas fisik minimal 150 menit per pekan untuk menjaga kebugaran tubuh, konsumsi makanan minim proses olah, hingga istirahat yang cukup dan mengelola stres, demikian Maxi Rein Rondonuwu.
Swedia Tidak Akan Lagi Mendanai Badan Bantuan untuk Palestin...
STOCKHOLM, SATUHARAPAN.COM-Swedia tidak akan lagi mendanai badan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRW...