Kemenkes Mulai Pencegahan Demam Berdarah dengan Teknologi Wolbachia di NTT
KUPANG, SATUHARAPAN.COM-Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, memulai program pencegahan demam berdarah (DBD) melalui teknologi Wolbachia di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Metode ini dapat melumpuhkan virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat mencegah penularan kasus DBD.
Wolbachia adalah bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga terutama nyamuk. Bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue yang ada pada nyamuk Aedes aegypti sehingga tidak akan menular ke manusia.
Dalam program ini, bakteri Wolbachia dimasukan ke telur nyamuk Aedes aegypti agar tidak menularkan virus dengue.
Langkah selanjutnya untuk penanganan DBD Kemenkes akan menyebarkan ember berisi telur nyamuk yang sudah ada bakteri Wolbachia ke warga setempat di Kota Kupang.
Sebagai percontohan, implementasi Wolbachia ini akan dilakukan di Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, NTT, karena angka kesakitannya paling tinggi dan kepadatan penduduknya paling banyak.
Pemeliharaan telur nyamuk dilakukan oleh warga selama dua pekan hingga menetas. Selain telur nyamuk, warga juga akan dibagikan pakannya.
Telur-telur nyamuk Wolbachia itu didistribusikan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang diternakan oleh program studi Entomologi, Fakultas Biologi.
Kebutuhan per pekan khususnya untuk Kecamatan Oebobo sebanyak 700 ribu telur. Kemudian untuk Kota Kupang keseluruhan tiap pekanbutuh 2,6 juta telur nyamuk Wolbachia.
Diharapkan dalam satu tahun jumlah populasi nyamuk berwolbachia sudah sampai 80% dari populasi nyamuk Aedes aegypti.
Menkes Budi mengatakan teknologi Wolbachia ini merupakan hasil penelitian UGM dan dipakai oleh Brazil, Vietnam, dan Australia. “Kita melihat ini (Wolbachia) bagus, makanya kita lakukan pilot project di empat kabupaten/kota,dan Kupang salah satunya,” kata Menkes Budi.
Edukasi ke masyarakat sangat dibutuhkan. Implementasi Wolbachia ini bukan dengan mengurangi jumlah nyamuk tapi memperbanyak nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia. “Mudah-mudahan dengan pilot project ini penularan dengue yang lumayan banyak bisa menurun,” kata Menkes Budi.
Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kemenkes, dr. Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan tujuan dari pelaksanaan launching ini adalah diperolehnya komitmen bersama antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian dengue di Indonesia, khususnya di Kota Kupang dalam mensukseskan pilot project implementasi wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
“Seluruh instansi terkait baik pusat maupun daerah harus berkomitmen dalam mengimplementasikan Wolbachia,” kata Maxi. Penandatanganan komitmen implementasi Wolbachia ini dilakukan oleh Dirjen Maxi dan Pejabat (Pj) Walikota Kupang Fahrensy P. Funay.
Fahrensy menjelaskan pemerintah Kota Kupang menyambut baik program wolbachia ini.
Pada September 2023 tercatat 187 kasus DBD dengan dua kematian di Kota Kupang. Tahun 2022 jumlah kasus DBD dilaporkan sebanyak 445 kasus. DBD masih menjadi masalah kesehatan setiap tahunnya dengan jumlah kasus yang besar dengan angka kematian yang tinggi.
Pj Gubernur NTT, Ayodhia G. L. Kalake, menambahkan semua kabupaten/kota di NTT merupakan daerah endemik dan setiap tahunnya selalu ada KLB. Tahun 2022 terdapat 3.376 kasus dengan 29 kasus kematian. Kasus tertinggi ada di Manggarai Barat, Sumba Barat Daya, Kota Kupang, dan Sumba Barat.
“Implementasi Wolbachia ini belum terlalu akrab untuk sebagian masyarakat di NTT. Namun dengan dipilihnya Kota Kupang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat NTT tentang wolbachia ini,” kata Ayodhia.
Editor : Sabar Subekti
Polusi Udara Parah, Pengadilan India Minta Pembatasan Kendar...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan tinggi India pada hari Jumat (22/11) memerintahkan pihak berwe...