Kemenkeu Harap RI Tidak Panik Pelemahan Ekonomi Tiongkok
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Perekonomian Tiongkok yang melambat di bawah rata-rata pada semester pertama 2015 diperkirakan masih akan terus terjadi di semester kedua. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengisyaratkan masyarakat Indonesia tidak perlu panik terhadap situasi ekonomi Negeri Tirai Bambu Tersebut.
“Kami melihat pasar modal kita masih normal, meskipun mungkin akan terjadi koreksi. Tetapi sebenarnya itu sudah terjadi selama ini. Yang penting tidak perlu panik,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara di Jakarta, seperti diberitakan cnnindonesia.com, Rabu (8/7).
Suahasil mengemukakan kondisi ekonomi Tiongkok dan Yunani yang buruk merupakan fenomena global yang daya rambatnya tidak mudah untuk dihentikan. Intinya, pemerintah akan memantau serius perkembangan ekonomi Tiongkok selaku mitra dagang utama Indonesia.
“Jika melihat pasar modal di Tiongkok, di sana pernah mengalami kenaikan luar biasa. Kenaikan bisa 100 persen. Apa yang terjadi dalam beberapa minggu ini, bila dibandingkan dengan harga sebelumnya tidak berdampak," kata dia.
Suahasil Nazara meyakini gejolak yang terjadi di Negeri Tirai Bambu tak akan berdampak serius terhadap perekonomian Indonesia. “Saya rasa ini global fenomena yang tidak bisa segampang itu disetop,” kata dia.
Menurut dia, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah mempunya protokol manajemen krisis jika sewaktu-waktu tekanan hebat melanda sistem keuangan nasional.
Penjelasan Bank Dunia
Perlambatan Ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh tiga persen di bawah rerata pada 2005 sampai dengan 2011. Investasi komoditi mulai berkurang ke negara Tembok Cina tersebut. Menurut salah satu ekonom Bank Dunia, Ndame Diop mengingatkan agar Indonesia perlu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan eksternal dan berdampak pada turunnya pertumbuhan ekonomi. Apalagi, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I-2015 melambat dan kinerja investasi masih melemah.
“Konsumsi masyarakat melemah jadi 4,7 persen di kuartal-1 2015 dibanding rata-rata 5,3 persen pada 2014. Pertumbuhan lapangan kerja juga melambat di berbagai wilayah Indonesia,” kata Diop seperti tertuang metrotvnews.com, Rabu (8/7) pada "Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia, Juli 2015: Maju Perlahan" yang dipublikasikan World Bank di Jakarta, Rabu (8/7).
Menurut Diop, koreksi harga saham di Tiongkok sebetulnya masih dalam taraf normal apabila dibandingkan dengan pertumbuhan bursa saham Tiongkok selama ini. Ia menyebut bahkan dalam satu bulan pertumbuhan bursa saham negeri itu pernah mencapai 100 persen. (cnnindonesia.com/metrotvnews.com).
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...