Kemenko Kemaritiman Cari Solusi Atasi Sampah Plastik Laut
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terus mencari solusi untuk mengatasi masalah sampah plastik di laut, menurut seorang pejabat.
Deputi I Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno di Jakarta, Senin (6/2), mengatakan masalah sampah plastik berdampak langsung pada perikanan berkelanjutan, kesehatan laut, dan masalah lingkungan.
"Kami sedang menyusun rencana aksi nasional tentang sampah plastik ini, sedang diskusi dengan Bank Dunia untuk intervensi anggaran," katanya.
Havas menuturkan upaya mengatasi sampah plastik di laut sudah mulai dilakukan tahun ini. Ada 15 kota yang ikut ambil bagian dalam studi guna mencari cara mengatasi masalah tersebut.
Ke-15 kota itu, antara lain, Jakarta, Makassar, Semarang, Surabaya, Medan dan Batam.
"Studinya sudah jalan, minggu lalu sudah, minggu ini ada lagi tiga hari. Kami harap akan segera diselesaikan," katanya.
Nantinya, berdasarkan hasil studi, akan ditentukan tugas yang akan diemban kementerian/lembaga atau pemerintah daerah dalam menangani masalah sampah plastik di laut.
Kementerian/lembaga yang dilibatkan antara lain Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Kemendikbud juga, karena banyak mempengaruhi pola pikir orang," katanya.
Havas menambahkan, pemerintah juga akan menggandeng sejumlah negara yang mengalami masalah yang sama seperti Denmark, Amerika Serikat, Australia dan Belanda.
"Di Amerika Serikat juga punya masalah yang sama jadi kita bisa bertukar informasi mengenai cara menghadapi ini," katanya.
Berdasarkan studi, Indonesia disebut-sebut sebagai negara kedua dunia penyumbang sampah plastik lautan.
Namun pemerintah menyatakan masalah sampah plastik di lautan sebenarnya bukan hanya masalah Indonesia yang negara kepulauan dan jadi jalur lintas samudera dunia.
Bahkan sampah plastik yang ditemukan di perairan Indonesia berasal dari negara-negara lain di kawasan.
Pemerintah juga terus menggalakkan program mengolah sampah menjadi energi (waste to energy), sebagai salah satu solusi mengatasi masalah sampah plastik di lautan.
Mengubah sampah menjadi energi, akan mengurangi "kebocoran" sampah menuju lautan, karena sudah diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut.
Waste to energy bisa jadi solusi untuk mengurangi kebocoran sampah plastik. Sampah plastik kan datangnya dari darat, bocornya lewat mana? Maka perlu ditangani di tingkat sungai. Jadi memang bisa jadi solusi untuk mengurangi sampah plastik," kata Havas. (Ant)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...