Kemenristek/BRIN Diminta Koordinasikan Agenda Penelitian Pemerintah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agenda penelitian atau fokus penelitian di semua institusi yang terkait dengan pemerintah dan perguruan tinggi, benar-benar dikontrol dan dikendalikan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Supaya para peneliti tidak mengerjakan hanya sesuai keinginan sendiri, tetapi yang terarah untuk memberikan solusi bagi permasalahan bangsa,” kata Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro kepada wartawan seusai mengikuti Rapat Terbatas tentang Penataan Badan Riset dan Inovasi Nasional, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/12) sore.
Bambang mengatakan, nantinya Kemenristek/BRIN akan mewadahi proses perencanaan program penganggaran dari semua kegiatan litbang, tepatnya penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan, yang ada di pemerintah, baik itu di kementerian/lembaga, di lembaga pemerintah nonkementerian di bawah Kemristek langsung, maupun yang ada di perguruan tinggi.
Untuk anggaran, meskipun urusan teknis pendidikan tinggi telah dialihkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Menristek/Kepala BRIN menjelaskan, anggaran penelitian pendidikan tinggi masih berada di bawah Kemenristek/BRIN. Sedangkan anggaran di kementerian/lembaga (K/L) masih di masing-masing K/L, namun perencanaan program dan pemakaiannya itu harus disetujui, dan harus mengikuti program yang sudah diarahkan Kemenristek/BRIN.
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang ada di bawah Kemenristek, adalah BPPT, LIPI, Batan, Lapan, Bapeten, BSN. Keenam lembaga itu akan menjadi bagian dari BRIN, yang akan menjadi tulang punggung BRIN, khususnya dalam melakukan kegiatan litbang.
Fokus Selesaikan Masalah Ekonomi
Sebelumnya, Menristek/Kepala BRIN menjelaskan, fokus riset tahun 2020 dan seterusnya, fokus pada upaya untuk ikut membantu menyelesaikan permasalahan ekonomi. Yang pertama adalah mendorong atau berfokus pada teknologi tepat guna, misalkan traktor tangan yang memakai gas, atau contoh produk lain misalkan makanan dalam kemasan yang tahan lama.
Kedua, fokus riset juga berupaya juga untuk berkontribusi dalam upaya hilirisasi atau penciptaan nilai tambah, terutama dari produk sumber daya alam dan otomatis, seperti turunan dari sawit ataupun turunan dari berbagai macam tanaman dan hasil tambang, yang bisa menghasilkan nilai tambah dengan pengolahan lebih lanjut.
Ketiga, lanjut Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro, adalah upaya untuk subsitusi impor. Upaya untuk subsitusi impor sekaligus meningkatkan lokal konten atau TKDN. Salah satu contohnya adalah upaya membuat green fuel atau B100 yang berasal dari sawit, yang otomatis akan bisa mengurangi ketergantungan kita terhadap impor BBM yang berasal dari fosil. (setkab.go.id)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...