Kemesiasan Yesus Indonesia
Dalam konteks seperti inilah orang-orang Kristen Indonesia menghayati kemesiasan Yesus Indonesia. Yaitu: Seorang Mesias,
SATUHARAPAN.COM – Pada awal 1990-an Zakaria J. Ngelow menulis artikel ”Tunas Zaitun Liar Cangkokan: Kristen dan Pergerakan Nasional Indonesia (1990)”. Dalam artikel ini penulis memperlihatkan bahwa nasionalisme orang-orang Kristen Indonesia pada awal pergerakan kebangsaan Indonesia tak ubah seperti ”zaitun liar cangkokan” pada pokok zaitun kebangsaan Indonesia tahun 1920-an sampai dengan tahun 1940-an.
Sekalipun demikian kiranya tidak bisa dipandang kecil rasa kebangsaan orang-orang Kristen Indonesia. Apalagi setelah tahun 1945. Orang-orang Kristen Indoensia bukan lagi sekadar “zaitun liar cangkokan” melainkan telah menyatukan jiwa-raga secara total dengan rasa kebangsaan Indonesia. Apalagi pada awal abad ke-21 ini, A.A. Yewangoe, dalam kumpulan karangannya: Perjalanan Panjang dan Berliku Mencapai Indonesia yang Adil dan Beradab (2013:225), mengatakan bahwa orang-orang Kristen Indonesia itu semakin mengindonesia.
Itu berarti pula rasa identitas kebangsaan orang-orang Kristen Indonesia telah mematangkan diri menjadi: orang-orang Kristen Indonesia dan bukan lagi orang-orang Kristen di Indonesia! Penghayatan identitas Kristen seperti ini memiliki implikasi Kristologis yang perlu direnungkan oleh orang-orang Kristen Indonesia lebih jauh dan mendalam dengan memperhatikan pertanyaan Yesus kepada para murid-Nya dalam Matius 16:15: ”Siapakah Aku ini?”
***
Pertanyaan Yesus ini merupakan pertanyaan penting bagi orang-orang Kristen Indonesia. Dan pertanyaan ini pun patut dihubungkan dengan pengakuan Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Matius 16:16).
Akan tetapi, kita lalu diperhadapakan kepada pertanyaan Yesus: siapakah Aku ini? Menurut kamu, hai orang-orang Kristen Indonesia, siapakah Aku ini? Engkau adalah Mesias Indonesia! Yesus adalah Mesias Indonesia. Seorang Mesias, seorang utusan Allah, yang mendapat gelar Anak Allah yang hidup, dari dan bersama orang-orang Indonesia yang terus-menerus bergumul dengan rupa-rupa bentuk kematian. Kematian karena ketidakadilan hukum dan pelanggaran HAM. Kematian karena kerusakan lingkungan dan bencana alam. Kematian karena kemiskinan yang disebabkan oleh tak terkendalinya ideologi ekonomi neoliberalisme. Kematian karena merajalelanya kebohongan di media sosial. Dan masih banyak lagi.
***
Dalam kontekS seperti inilah orang-orang Kristen Indonesia menghayati kemesiasan Yesus Indonesia. Yaitu: Seorang Mesias, Utusan Allah, Anak Allah yang hidup dari dan bersama orang-orang Indonesia yang terus berpeluh bergumul untuk bebas dari berbagai kuasa dosa—baik individual maupun structural—sehingga boleh hidup sebagai anak-anak Allah. Yesus adalah Mesias Indonesia, Mesias Indonesia, Anak Allah yang hidup, utusan Allah yang memberi kehidupan kepada warga Negara Indonesia!
Namun demikian, Dia adalah bukanlah Mesias yang memiliki watak dan semangat kebangsaan sauvinistik yang naif melainkan Mesias yang memiliki watak dan semangat kebangsaan-emansipatoris-etis. Seorang Mesias yang rela berkorban bagi kesejahteraan orang banyak dan bukan mengorbankan orang lain demi kepentingan politik dan ekonomi pribadi dan keluarga atau golongan.
Karakter mesianis Yesus inilah yang akan menjadi batu uji bagi setiap ucuapan dan tindakan warga bangsa Indonesia sehingga terluput dari bahaya sindrom mesianis! Karakter mesianis Yesus ini juga akan menjadi batu uji bagi setiap ucapan dan tindakan politisi Indoensia sehingga mereka bisa terhindar dari janji-janji politik yang membutakan hati nurani setiap pemilih. Karakter misianis Yesus ini pun dapat menghindarkan warga bangsa Indonesia jatuh ke dalam gerakan populisme yang memboncengi proses-proses demokratisasi di Indonesia.
Pendek kata: kemesiasan Yesus Indonesia adalah suatu pengakuan dan penghayatan iman Kristiani yang akan memampukan orang-orang Kristen Indonesia untuk tetap siuman dan kritis terhadap berbagai bentuk gerakan mesianis dalam masyarakat dan bangsa Indonesia pada hari-hari ini.
Berdasarkan kesadaran iman inilah orang-orang Kristen Indonesia bersama seluruh warga bangsa Indonesia mengembangkan identitas kebangsaan mesianis Indonesia yang memungkinkan seluruh warga bangsa Indonesia boleh mengalami keadilan dan kesejahteraan tanpa jalan kekerasan.
Inilah makna Minggu-minggu Prapaskah di tengah-tengah tantangan keindonesiaan yang sedang dibayang-bayangi oleh “bayang-bayang” kematian karena identitas dan politik identitas sauvinistik yang sedang marak menjelang pileg dan pilpres 2019!
Selamat Minggu-minggu Prapaskah!
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...