"Kemilau Reyog Ponorogo" dalam Lukisan Cat Air
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lima puluh enam lukisan cat air di atas medium kanvas dan kertas dari 45 seniman-perupa dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta. Pameran dibuka pada Sabtu (21/12) malam.
Ke-54 lukisan cat air tersebut merupakan isi dari buku berjudul “Kemilau Reyog Ponorogo” yang diluncurkan bersamaan dengan pembukaan pameran. Upaya ke-45 seniman-perupa yang tergabung dalam Komunitas Cat Air Indonesia (Kolcai) mengangkat seni tradisi Reyog Ponorogo mendapat sambutan dari pihak Pemkab. Ponorogo sehingga respon mereka dalam karya lukisan cat air terhadap kesenian Reyog dibukukan dalam buku berjudul “Kemilau Reyog Ponorogo”.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo Bambang Wicaksono mewakili Pemkab Ponorogo menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya peluncuran dan pameran seni rupa “Kemilau Reyog Ponorogo”.
“Pemkab Ponorogo berbangga hati karena potensi yang ada khususnya (kesenian tradisi pertunjukan) Reyog diangkat dalam pameran seni rupa. Untuk itu (sinergi pengembangan) pada tahun 2020 Pemkab Ponorogo melalui Dinas Pariwisata telah membuat nota kesepahaman kerjasama dengan Kolcai,” jelas Bambang Wicaksono saat pembukaan pameran, Sabtu (21/12) malam.
Lebih lanjut Bambang Wicaksono menjelaskan bahwa dari 307 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Ponorogo terdapat lebih dari 350 kelompok Reyog yang menjadi bagian dari pembinaan dan pengembangan Reyog Ponorogo salah satunya dengan menggelar Reyog Ponorogo setiap bulan purnama di alun-alun Ponorogo. Upaya ini diikuti dengan pementasan Reyog Ponorogo oleh masing-masing desa/kelurahan pada setiap tanggal 11 setiap bulannya. Upaya tersebut juga diikuti dengan memperkenalkan seni tradisi Reyog pada anak-anak dan remaja dengan perhelatan Festival Reyog Mini setiap tahunnya sebagai bagian dari regenerasi seniman Reyog.
Terkait perkembangan lukisan cat air, kurator pameran M Dwi Marianto yang juga pengajar pada Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta dalam sambutannya menjelaskan bahwa akhir-akhir ini ada kecenderungan seniman-perupa menggunakan cat air dalam karya mereka.
“Sejak Juli tahun ini saya mengamati karya-karya sketsa–drawing on the spots dalam medium cat air di empat perguruan tinggi di Thailand serta satu perguruan tinggi di Vietnam, dan tentunya di Yogyakarta. Hasil pengamatan saya, muncul tren (di kalangan seniman-perupa) untuk kembali lagi menggunakan cat air terutama yang menggunakan teknik basah,” papar Dwi Marianto.
Dibandingkan dengan medium cat lainnya dalam melukis (cat minyak dan cat akrilik), cat air seperti juga tinta cina memiliki karakteristik meleber saat disapukan ke dalam kertas ataupun kanvas sehingga ketika terjadi kesalahan saat melukis, goresan sulit/tidak bisa dihapus/dihilangkan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi seniman-perupa ketika mengeksplorasi medium cat air dalam karyanya.
Dalam tulisan pengantar pameran Dwi Marianto memaparkan bahwa Reyog Ponorogo bukanlah sekedar atribut, properti, atau pertunjukan seni tradisi kasat-mata dan menggetarkan, namun juga terkandung nilai dalam dan lewat pertunjukan Reyog Ponorogo yakni nilai kebersamaan, nilai keindahan mensyukuri karunia Tuhan, nilai merawat relasi antara sesama dan lingkungan alam serta budaya sekitar, serta nilai estetik masyarakat di Ponorogo secara umum.
“Dalam buku seni berjudul “Kemilau Reyog Ponorogo” inilah gambar dan kata-kata disinergikan,” tegas Dwi Marianto.
Pameran lukisan cat air bertajuk “Kemilau Reyog Ponorogo” akan berlangsung 21-29 Desember 2019 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No 2 Yogyakarta.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...