Kenaikan Air Hambat Penyelamatan Pekerja Yang Terperangkap Longsor di India
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di India memperingatkan kenaikan permukaan air di lembah sungai Himalaya yang dilanda longsoran besar saat mereka mencari 35 pekerja konstruksi yang terperangkap di terowongan yang dilanda banjir.
Petugas penyelamat telah menemukan mayat 36 sejak longsoran salju hari Minggu (7/2) yang menghancurkan bendungan dan menyapu jembatan di lembah sungai Dhauliganga di negara bagian Uttarakhand.
Sekitar 171 orang masih belum ditemukan, kebanyakan dari mereka adalah pekerja di proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Tapovan Vishnugad yang dikelola negara dan di bendungan Rishiganga yang lebih kecil, yang tersapu oleh arus yang didorong longsoran salju.
Seorang pejabat di National Disaster Response Force (NDRF) mengatakan jumlah tim penyelamat di lokasi terowongan dibatasi setelah permukaan air sungai mulai naik. “Ada masukan dari salah satu desa bahwa hulu sungai sedang meluap sehingga kami bersiaga. Misi penyelamatan dihentikan selama sekitar 30 menit,” kata Swati Bhadoriya, Hakim Distrik Chamoli, mengatakan kepada Reuters.
Pekerja bantuan telah mengebor di dalam terowongan sepanjang 2,5 kilometer yang terhubung dengan proyek Tapovan, di mana lumpur dan air begitu deras mengalir, sehingga menghambat kemajuan upaya dalam empat hari.
Para ahli telah memperingatkan bahwa mungkin masih ada sejumlah besar batu, puing-puing, es, dan air yang dapat terlepas karena perubahan suhu. “Salju yang mencair atau hujan dapat memicu aliran puing kapan saja, mungkin tidak sebesar kejadian pada hari Minggu, tetapi penting bagi siapa saja dan apa pun yang dekat dengan sungai,” kata Holger Frey, ilmuwan senior di Grup Glasiologi dan Geomorfodinamika ( 3G) di fakultas geografi di Universitas Zurich.
Upaya Penyelamatan
Setelah membersihkan lebih dari 100 meter kubik lumpur, bebatuan dan puing-puing, pekerja bantuan pada hari Kamis mengirim tanki air dan generator jauh ke dalam terowongan untuk membantu pengeboran.
Mereka sedang mencari tanda-tanda kehidupan di terowongan yang lebih kecil dan ruangan-ruangan yang bercabang dari lorong utama, kata para pejabat.
Kerabat terus berdatangan di lokasi, tetapi lima hari setelah bencana, merek frustrasi karena kurangnya kemajuan. "Mereka tidak memberi tahu kami apa-apa," kata Praveen Saini, yang keponakannya, Ajay Kumar Saini, terperangkap di terowongan.
Seorang pria lain masih berharap bahwa saudaranya selamat setelah dia dapat menelepon ponselnya. “Jika ponselnya selamat, mungkin dia selamat,” kata Jugal Kishore.
Awalnya bencana itu dianggap sebagai akibat gletser yang pecah di gunung tertinggi kedua di India, Nanda Devi dan menghantam sungai, namun beberapa ilmuwan sekarang mengatakan banjir kemungkinan besar disebabkan oleh longsoran salju.
“Tampaknya peristiwa itu disebabkan oleh batu yang jatuh sangat besar dari ketinggian di lereng gunung yang menyebabkan banyak salju dan es turun dan mencair karena panas gesekan yang diciptakan oleh jatuhnya batu,” kata Stephan Harrison, profesor Perubahan Iklim dan Lingkungan di Universitas Exeter di Inggris. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...