Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 12:51 WIB | Jumat, 17 November 2023

Kenaikan Suhu Udara Dapat Menaikkan Kematian Lebih dari Tiga Kali Lipat

Kenaikan Suhu Udara Dapat Menaikkan Kematian Lebih dari Tiga Kali Lipat
Pemandangan menunjukkan Saguaro, kaktus gurun yang tangguh yang terkena dampak panas ekstrem dan kekeringan berkepanjangan di Arizona, di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, 25 Juli 2023. (Foto: Reuters)
Kenaikan Suhu Udara Dapat Menaikkan Kematian Lebih dari Tiga Kali Lipat
Orang-orang mendinginkan diri di air mancur pada hari musim panas di pusat kota Moskow pada 22 Juni 2021. (Foto: dok.AFP)

SATUHARAPAN.COM-Tim ahli kesehatan internasional mengatakan pada hari Selasa (14/11) bahwa penyakit dan kematian yang disebabkan oleh suhu udara panas meningkat seiring dengan peningkatan suhu dunia, dan memperkirakan akan terjadi peningkatan sebesar 370 persen kematian akibat panas setiap tahunnya pada pertengahan abad ini jika suhu dunia mencapai dua derajat Celcius di atas tingkat suhu pada masa pra industri.

Saat ini, pada suhu pemanasan sekitar 1,1C (2F), orang-orang mengalami rata-rata suhu tinggi yang mengancam kesehatan selama sekitar 86 hari pada tahun 2022, demikian temuan laporan dari jurnal medis Lancet.

Orang yang berusia di atas 65 tahun adalah kelompok yang paling rentan terhadap kenaikan suhu, dengan kematian pada kelompok usia ini disebabkan oleh kenaikan suhu sebesar 47 persen dalam satu dekade terakhir dibandingkan dengan jumlah orang yang meninggal pada periode 1991 hingga 2000.

Perubahan iklim mendorong gelombang panas musim dingin yang mematikan di Amerika Selatan, kata penelitian itu.

Temuan ini, yang dikumpulkan oleh lebih dari 100 ahli dari 52 lembaga penelitian berbeda dan badan-badan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa)termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperdalam kekhawatiran atas dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh panas.

Sebuah penelitian awal tahun ini menunjukkan bahwa sekitar 61.000 orang kemungkinan meninggal selama gelombang panas Eropa pada musim panas 2022.

“Kita menanggung akibatnya dengan nyawa,” kata direktur eksekutif laporan, Marina Romanello, tentang tidak adanya tindakan dunia terhadap perubahan iklim.

Laporan Lancet, yang merupakan laporan kedelapan yang menilai bagaimana perubahan iklim mempengaruhi hasil kesehatan secara global, juga menemukan bahwa paparan panas mungkin telah menyebabkan hilangnya 490 miliar jam kerja pada tahun 2022, naik hampir 42 persen dari periode tahun 1991 hingga 2000.

Gelombang panas yang lebih sering terjadi juga dapat menyebabkan kerawanan pangan bagi 525 juta orang pada pertengahan abad ini.

Konferensi perubahan iklim tahunan PBB, COP28, di Dubai pada akhir bulan ini akan fokus pada dampak kesehatan untuk pertama kalinya. Sekitar 46 juta profesional kesehatan telah meminta presiden COP28 untuk mendorong penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap. (Reuters/Al Arabiya)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home