Kenali Diri Sendiri, Apa Kelebihanku?
SATUHARAPAN.COM - Psikolog, Ka Yan MPsi, mengatakan bahwa setiap individu terlahir dengan kelebihan dan kekurangannya sehingga hal tersebut menjadi keunikannya.
"Ada individu yang memiliki kelebihan dalam mengolah kata sehingga mudah baginya mempelajari bahasa asing. Namun, bisa jadi ia terkendala dalam memahami pelajaran hitungan," kata Yan seperti dikutip satuharapan.com, hari Senin (27/12) dari Majalah Inspirasi Maranatha, M! - Edisi 19, 2021.
Sebaliknya, kata Yan, ada individu yang begitu mudahnya memahami matematika dan fisika tanpa harus belajar mati-matian. Namun, di sisi lain ia sulit mengutarakan pemikirannya dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain.
Ada lagi individu yang tampak memiliki kelebihan di berbagai hal. Mudah mencerna pelajaran hitungan, menghafal, maupun bahasa sehingga dirinya bagaikan paket lengkap yang bikin iri!
Lalu bagaimana dengan individu yang pandai berolahraga, tetapi tidak mahir dalam berbahasa maupun berhitung? Apakah bisa dikatakan dirinya lebih banyak kekurangan, tidak cerdas, karena kemahirannya bukan dalam hal akademis?
Menurut Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha itu, beberapa puluh tahun yang lalu, khususnya di Indonesia, penekanan bahwa seseorang individu pintar lebih mengacu pada ranah akademis.
"Dengan demikian, kemahiran dalam berolahraga, bermusik, dan sebagainya dianggap hanya sebagaiaspek pendukung saja,"katanya.
Howard Gardner sejak 1970-1980-an, kata Yan, mencoba mematahkan hal tersebut dengan memperkenalkan konsep “multiple intelligence” yang menyatakan bahwa kecerdasan sebagai kombinasi dari potensi dan keterampilan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman.
Sebagai contoh, seseorang bisa saja terlahir dengan potensi kecerdasan “bodily kinesthetic” yang membuatnya lebih mudah menguasai tarian ketimbang orang lain yang membutuhkan waktu lebih lama.
Dengan demikian, konsep multiple intelligence yang tetap relevan hingga saat ini tidak membatasi kelebihan seseorang hanya dalam ranah akademis saja. Namun, juga pada ranah-ranah yang berbeda yang tidak kalah pentingnya.
Terdapat setidaknya delapan “kecerdasan” yang diperkenalkan Gardner dan dua di antaranya berkaitan dengan akademik, yaitu linguistic (kemampuan untuk menganalisa informasi dan menghasilkan karya yang melibatkan bahasa baik lisan dan tulisan) dan logical mathematical (kemampuan terkait penjumlahan, melakukan perhitungan, dan menyelesaikan permasalahan abstrak).
Enam “kecerdasan” yang lain adalah spatial (kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang), musical (kemampuan menghasilkan, mengingat dan mengenali pola dari beragam suara), dan naturalist (kemampuan mengidentifikasi dan membedakan berbagai tipe tumbuhan, hewan, dan formasi cuaca yang ditemukan di alam).
Kemudian bodily-kinesthetic (kemampuan olah tubuh untuk menghasilkan sesuatu atau memecahkan masalah), interpersonal (kemampuan untuk mengenali dan memahami mood, keinginan, dan motivasi orang lain), dan intrapersonal (kemampuan untuk mengenali dan memahami mood, keinginan, dan motivasi terkait diri sendiri).
Menurut dia, pada dasarnya semua hal ini ada pada diri seseorang. Namun, kecerdasan yang lebih menonjollah yang menunjukkan kelebihan orang tersebut.
"Hal yang perlu diperhatikan, kita perlu mengetahui apa yang menjadi kelebihan diri kita sebagai bentuk pengenalan diri," kata Yan.
Dia menyebut beberapa di antaranya yaitu melalui masukan positif dari pihak lain maupun mencari tahu sendiri. Misalnya dengan kuesioner terkait multiple intelligence yang dapat ditemukan dengan ber-Googling-ria.
"Mari kita terus eksplorasi apa yang menjadi kelebihan diri kita yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain," ajak Ka Yan.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...