Kencan dengan Seniwati Beirut: Jangan Pernah Percaya ISIS
CIPUTAT, SATUHARAPAN.COM - Di kartu namanya tertera nama: Lady Lena Kelekian. Ia seorang seniwati lukis, geolog, kurator dan juga desainer lingkungan. Ia juga adalah aktivis kemanusiaan, ia pendiri dan presiden dari sebuah organisasi bernama MEADOWS (Mediterranean Endeavors Advancing Development of Wdespread Sustainability), sebuah organisasi nonpemerintah yang berpusat di Beirut dan memiliki perwakilan di 36 negara termasuk di Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah membuat jaringan antarseniman untuk mempromosikan seni mereka dan membuat sebuah keluarga seniman global yangi bersama-sama bersatu dan kuat sehingga memungkinkan semuanya berpartisipasi di banyak pameran seni internasional.
Kami menemui Lena Kelekian di Ciputat Painting Festival, di Rumah Budaya Nusantara, Puspo Budoyo, Ciputat, Tangsel, Kamis (4/6). Lena hadir di sana bersama 14 seniman internasional yang berpartisipasi pada eksebisi lukisan yang digelar oleh MEADOWS Indonesia. Para pelukis-pelukis itu datang dari Thailand, Myanmar, Vietnam, Singapura, Malaysia, Jepang, Lebanon, Australia dan Belanda.
Lena Kelekian yang hadir bersama suaminya, Hagop Hrant Sulahian, memamerkan dua lukisan mereka pada kesempatan itu. Lena memajang lukisannya yang berjudul Sprawls of Almond Trees, lukisan akrilik dan pastel di kanvas berukuran 100 x 100 cm. Sedangkan suaminya memamerkan lukisan berjudul Blue Environment juga di atas kanvas 100 x100 cm.
Seusai konferensi pers, yang menampilkan pembicara Lena Kelekian, Luluk Sumiarso, pendiri RBN Puspo Budoyo, Neneng Sia Ferrier, Regional President MEADOWS untuk Asia Jauh, dan Ipong Purnama Sidhi, Regional Vice President MEADOWS untuk Timur Jauh, kami meminta waktu Lena Kelekian untuk 'berkencan' mengenal dia lebih dekat. Dia menyetujui dengan senang hati.
"Cinta pada seni dan musik menurun dari darah keluarga. Ibu saya adalah seorang pianis, saya sendiri pernah melakukan konser piano di usia yang sangat muda, meskipun pendidikan utama saya adalah geologi dan minerologi," kata Lena, yang telah memperoleh 19 medali emas dan 28 penghargaan lainnya di bidang Fine Arts, termasuk medali emas di Beijing Olympic Fine Arts pada tahun 2008, London Olympics Fine Arts London 2012, Olympic Water Cube Art 2012.
"Saya melanjutkan studi saya di bidang seni karena ini adalah yang menjadi dorongan hati saya. Menjadi seniman purna waktu memang tidak mudah tapi setelah Anda mencapai kesuksesan dan karya-karya Anda dihargai di berbagai belahan dunia, perasaan Anda akan jauh lebih merasa bernilai," kata Kelekian, yang karya lukisnya sudah dipajang di 22 museum di berbagai negara dunia. Ia meraih gelar doktor di bidang Fine Arts pada tahun 1995 dari Greci Marino Academy of Letters, Arts, & Sciences, Italia. Ia mengikuti Higher Studies Diploma, Research and Restoration pada 1983 -1992 dalam International Academic Program (IAP), University College London, UKm, yang melakukan penelitian di Italia, Yunani, Spanyol dan Portugal..
Lena Kelekian, sebagaimana pengakuannya, mengerjakan tiga bentuk karya seni. Yang pertama adalah seni lukis gaya abstrak dengan ciri khas penuh warna (colorful). Yang kedua adakah karya keramik. Ketiga adalah ikonografi, yang mencakup lukisan-lukisan ikon maupun restorasi dari ikon-ikon kuno. Di Beirut ia memiliki galeri bernama Kelekian Art Gallery.
Mendengar nama kota asalnya, Beirut, tak ayal, kami tertarik --bahkan ini yang banyak kami diskusikan selama pertemuan -- membincangkan kehidupan di sana. Beirut adalah ibukota Lebanon, yang selama dua dekade hingga tahun 1990-an identik dengan perang saudara dan kekacauan. Barulah mulai tahun 1990-an upaya pemulihan secara perlahan bekerja di sana, dan Lebanon pelan-pelan meraih kembali ketenangannya. Ekonominya secara bertahap pulih, didorong oleh sektor pariwisata, pertanian dan perbankan. Lebanon pernah dianggap sebagai 'Swiss'-nya Timur Tengah dan Beirut dirujuk sebagai Paris-nya dunia Arab.
Pada tahun 2006 kembali meledak apa yang disebut Perang Lebanon, sebuah perang yang menimbulkan korban sipil dan militer serta kerusakan besar pada infrastruktur sipil. Pengungsi membanjir hingga kemudian gencatan senjata diberlakukan pada September 2006. Setelah itu, pemerintah Lebanon memberlakukan rencana pemulihan yang ditujukan untuk membangun kembali properti yang dihancurkan oleh serangan-serangan Israel di Beirut, Tirus, dan desa-desa lainnya di Lebanon selatan.
Lebanon berbatasan dengan Suriah dan Irak, dua negara yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi populer karena semakin meluasnya cengkeraman kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau lebih dikenal dengan sebutan ISIS. Ribuan pengungsi dari negara-negara tetangga itu juga masuk ke Lebanon, dan ada kekhawatiran ISIS juga sedang menyasar negara kecil ini.
Jika selama ini kebanyakan pemberitaan tentang ISIS bersumber dari elit dan para pengambil keputusan, kami tertarik untuk menanyakannya kepada Lena Kelekian sebagai warga negara biasa Lebanon dan satu-satunya seniwati dari salah satu negara Arab yang pernah meraih medali emas untuk Olympic Fine Arts, tentang kelompok ekstremis yang sudah dikutuk oleh seluruh dunia itu.
"Di Lebanon ISIS tidak memiliki pengikut karena semua Muslim dan Kristen di Lebanon ingin menjaga negara mereka jauh dari masalah dari negara-negara tetangga," kata Lena Kelekian.
"Keberagaman di Lebanon sangat dihargai. Penduduk Muslim dan Kristen sama-sama tumbuh bersama. Dan saya kira tidak ada agama mana pun yang bisa menerima ISIS. Tidak masuk akal dan penuh tipu," Hagop Hrant Sulahian, menimpali.
Lena berpandangan konflik yang terjadi di negara-negara tetangga mereka sangat rumit. Terlalu banyak kelompok yang terlibat. Perang yang terjadi, menurut dia, sering kali disebabkan oleh garis pemisah yang tidak jelas sama sekali. "Ada banyak propaganda yang salah yang beredar dan banyak yang telah menjadi korban propaganda tersebut," kata Lena.
Hagop menambahkan, ISIS biasanya menguasai wilayah-wilayah yang penuh konflik yang dijalankan tanpa hukum dan tanpa pemerintahan, seolah wilayah yang tak bertuan. "Dimana ada perang dan konflik, di sana biasanya ISIS akan datang," kata Hagop.
Lena Kelekian tak dapat menyembunyikan kesedihan membayangkan bagaimana nasib para pengungsi akibat perang berkepanjangan itu. Ia memiliki pengalaman menangani korban serupa. Pada tahun 2006, MEADOWS dipercaya menyelenggarakan pelatihan mengatasi pengalaman traumatis kepada para korban perang Irak. Di kala itu, banyak pengungsi dari Irak hijrah ke Lebanon. Diantaranya adalah para perempuan, yang terjebak menjadi pekerja seks komersial di Beirut karena tidak memiliki pekerjaan memadai.
Pengalaman perang yang traumatis itulah yang dicoba diterapi dengan terapi seni (art therapy). MEADOWS menyelenggarakan pelatihan kepada para trainer yang selanjutnya melatih pula para pelatih-pelatih lainnya. Lebih dari 10.000 orang sudah mendapat pelatihan dari MEADOWS. Para perempuan korban perang itu juga diberi pelatihan Bahasa Inggris agar mereka mampu mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kembali ke masalah ISIS, Lena Kelekian mengatakan sesungguhnya masyarakat Arab pada umumnya tidak melihat adanya kebenaran pada propaganda maupun ajaran ISIS. "Perang di Suriah dan Irak bukan perang kaum Muslim dan tidak ada Muslim sejati akan menerima untuk menghalalkan darah orang yang tidak bersalah," kata Lena.
"Mereka melangkahi hukum, mereka bertindak seolah-olah di atas hukum, tidak ada satu masyarakat beradab pun yang dapat menerima itu," Hagop menambahkan.
Menurut Lena, banyak dari mereka yang telah pergi ke Irak maupun Suriah, kemudian menyadari telah tertipu dan dihianati. Tetapi mereka telah terperangkap dan tidak dapat kembali ke rumah. Itu sebabnya, ketika Lena diminta memberikan saran kepada warga Indonesia tentang cara untuk tidak tergoda mengikuti ISIS, saran dia adalah, jangan pernah percaya pada semua berita propoganda ISIS. "Sebagian besar itu adalah palsu. Hindari membaca propoganda mereka di internet. Ajaran mereka tidak dibenarkan oleh agama apa pun," tutur dia.
Di akhir perbincangan, Lena Kelekian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya datang ke Indonesia. "Saya merasa Indonesia sangat berwarna-warni dan penuh pesona. Begitu hijau dan segar, begitu tenang dan terdiversifikasi sehingga menjadi inspirasi penuh warna bagi setiap pelukis," tutur dia.
Ia juga menemukan bahwa pelukis Indonesia hangat, penuh cinta dan peduli dan baik. Mereka, kata dia, "penuh bakat dan kreativitas dan rendah hati meskipun berdiri tinggi dalam seni. Ini adalah kualitas yang Anda tidak dapat dengan mudah menemukan pada seniman di negara lain."
Tentu sanjungan itu harus dibalas dengan sanjungan serupa, bahwa apabila semua warga Lebanon sama ramah dan pedulinya seperti Lena, pasti bangsa Lebanon adalah bangsa yang menyenangkan dan penuh cinta pula. Terimakasih untuk waktunya, Lena.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...