Kepala Penanganan Ebola UE Minta Tambahan Tenaga Medis
BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM - Kepala penanganan ebola Uni Eropa yang baru, Chrystos Stylianides, pada Senin (27/10) mengatakan, puluhan ribu tenaga medis diperlukan untuk memerangi penyakit mematikan tersebut di Afrika Barat, termasuk ahli medis dari luar negeri.
Ia menambahkan, dampak wabah ebola telah menewaskan hampir 5.000 orang di antara 10.000 orang yang jatuh sakit, yang sebagian besar berada di Liberia, Guinea, dan Sierra Leone.
Stylianides akan pergi ke Afrika Barat pada pekan kedua November, dan berusaha memenuhi janji sebelumnya, dan menyerukan respons urgen. “Apa yang paling dibutuhkan pada tahap ini adalah keahlian manusia,” dia menegaskan.
Negara-negara yang terkena dampak memiliki sedikit staf yang terampil. Mereka sangat membutuhkan bala bantuan.
Dia mengatakan, ada banyak dokter dari Eropa, perawat dan lainnya yang siap diberangkatkan ke Afrika Barat saat ini. Mereka dapat dipastikan akan dibawa pulang untuk menjalani pengobatan jika terinfeksi.
Ia juga mengatakan, kawasan tersebut perlu meningkatkan jumlah tempat tidur untuk pasien ebola dari 1.000 tempat tidur yang ada menjadi 5.000 tempat tidur sesegera mungkin, mengutip perhitungan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dengan delapan staf medis per tempat tidur, Stylianides menggambarkan berarti pihaknya memerlukan 40.000 staf.
Claus Sorensen, spesialis kemanusiaan Komisi Eropa, juga ikut mengumumkan semua relawan itu tidak harus pekerja kesehatan medis internasional, "Kami perlu melatih dengan cepat jumlah relawan di negara-negara itu sendiri."
Sorensen mengatakan akan baik jika memiliki 2.000 hingga 3.000 tenaga medis internasional di antara 40.000 relawan, namun 5.000 tenaga medis akan lebih baik.
Cegah Ebola, Tentara AS dari Afrika Masuk Isolasi
Sementara itu, tentara Amerika Serikat yang kembali dari Afrika Barat masuk ruang isolasi di sebuah pangkalan di Italia sebagai tindak pencegahan penyebaran virus ebola, kata Pentagon, Senin (27/10).
“Demi pencegahan, angkatan darat menempatkan sejumlah personel, sekitar 12 orang, yang baru-baru ini kembali ke Italia, untuk diawasi dalam sebuah lokasi berbeda di pos mereka di Vicenza,” kata juru bicara Kolonel Steven Warren kepada para reporter.
Namun,dia menambahkan, tidak ada satu pun dari mereka yang menunjukkan gejala terpapar virus.
"Mayor Jenderal Darryl Williams, yang mundur pada Sabtu (25/10), sebagai kepala misi militer di Liberia yang membantu memerangi ebola, dan 11 anggota stafnya, ditempatkan di lokasi terpisah di pangkalan di Italia dan diawasi oleh tim medis," kata Warren.
"Keputusan tersebut diambil oleh Angkatan Darat AS," ia menjelaskan.
“ Puluhan tentara lainnya yang dijadwalkan akan terbang dari Liberia dan Senegal juga akan masuk isolasi dan diawasi lebih ketat selama 21 hari,” kata Warren.
Dia menegaskan, langkah yang diambil itu bukanlah “karantina” walaupun tidak bisa menjelaskan perbedaannya. (AFP/Ant)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...