Kerusakan Lingkungan dan Sosial di Samarinda Akibat Tambang Batubara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) bersama Gerakan Dua Derajat meliris foto-foto lokasi lubang batubara di Samarinda. Pada, Senin (29/7) yang lalu, satuharapan.com menerima foto-foto yang dikirimkan oleh media komunikasi dan outreach JATAM, Damanik Nova. Berikut keterangan-keterangan foto yang diterima.
Foto 1: Mati di Lubang Tambang
Jenazah Eza ditemukan pada 24 Desember 2011, setelah enam jam dilakukan pencarian di lubang Tambang Batubara milik PT. Panca Prima Mining Samarinda. Lubang tambang yang hanya berjarak 40 meter dari belakang perumahan Sambutan Permai ini adalah satu dari 150 lubang yang menganga di seluruh Kota Samarinda. Para korban dari anak-anak yang tewas di lubang bekas tambang tidak mendapatkan perhatian pemerintah setempat, dan tidak ada satu orangpun yang terjerat hukum.
Foto 2: Generasi Suram
Dua orang bocah warga Desa Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanergara, memperhatikan lokasi industri keruk batubara Prima Mandiri, yang beroperasi tidak jauh dari belakang rumah mereka. Generasi di Kecamatan Loa Janan kehilangan kawasan perkebunan dan pertanian mereka akibat ekspansi batubara.
Foto 3: Bertahan di Tanah Moyang
Desa Barambai, Kecamatan Tenggarong, seberang Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang dihuni oleh suku Dayak Kenyah, sub suku Lepoq Jalan. Penduduk setempat yang tadinya hidup dengan tenang di kawasan subur ini, beraktifitas sebagai petani ladang, kebun kopi dan kakao. Tetapi kini, hidup mereka terusik sejak adanya perusahaan batubara Mahakam Sumber Jaya, yang masuk ke kawasan desa mereka, dan merusak ladang dan memotong tanah perkebunan mereka. Upaya kriminalisasi dan kekerasan juga dilakukan oleh perusahaan tersebut dengan menetapkan beberapa orang tetuah kampung setempat sebagai tersangka pada tahun 2011, karena dianggap menghalang-halangi aktivitas perusahaan.
Foto 4: Penggurunan
Pada tahun 2012, ada 90 Izin Usaha Pertambangan Batubara di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara. Kecamatan yang dulu sebagai lumbung padi Kaltim ini memegang rekor sebagai kecamatan yang paling banyak IUP-nya di Kalimantan.
Foto 5 : Menghancurkan Sumber Pangan
Tambang di Kecamatan Makroman, Samarinda, Kalimantan Timur dengan massif mengacak-ngacak wilayah lahan pertanian (sawah dan kolam ikan) sejak tahun 2008. Tambang Batubara CV. Arjuna dan Panca Prima Mining memotong gunung yang dulunya sumber air untuk persawahan warga. Kini mereka membuang limbah ke persawahan warga yang luasnya mencapai 400 hektar. Tidak hanya itu, lahan penghijauan milik Pemerintah Kota Samarinda di RT 13 yang dikenal dengan gunung lampu juga ikut di tambang. Produksi gabah mereka menurun setiap tahun. Sebelum tambang masuk mereka memprodusi gabah sekitar delapan ton setiap hektar. Kini setelah ada tambang batubara hanya mencapai 3-4 ton setiap musim panen.
Editor : Yan Chrisna
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...