Kerusuhan di Pakistan, Buntut Kasus Kartun Nabi Muhammad di Prancis
LAHORE, SATUHARAPAN.COM-Pasukan keamanan Pakistan menggunakan tongkat dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi duduk kelompok Islam di kota garnisun Rawalpindi dan di tempat lain setelah lima orang tewas dalam bentrokan sebelumnya, kata para pejabat hari Rabu (14/4).
Tindakan pemerintah tersebut dilakukan dua hari setelah penangkapan Saad Rizvi, ketua partai Tehreek-e-Labiak Pakistan, dan diprotes oleh para pendukungnya.
Polisi membersihkan jalan utama yang diblokir oleh para demonstran di pinggiran Islamabad. Tetapi mereka masih berusaha mengendalikan situasi di Rawalpindi, Lahore dan tempat lain, kata para pejabat.
Dua petugas polisi dan tiga orang lainnya telah tewas dalam kekerasan yang dimulai hari Senin (12/4) setelah polisi menangkap Rizvi karena mengancam akan melakukan protes jika pemerintah tidak mengusir duta besar Prancis karena penggambaran Nabi Muhammad dalam Islam.
Menurut polisi, penangkapan Rizvi bertujuan untuk menjaga ketertiban dan hukum. Tapi penahanan Rizvi dengan cepat memicu protes kekerasan oleh kelompok Islamis. Para pengunjuk rasa memblokir jalan raya dan jalan di beberapa kota.
Bentrokan mematikan itu terjadi tiga hari setelah Rizvi dalam sebuah pernyataan meminta pemerintah Perdana Menteri Imran Khan untuk menghormati komitmen yang dibuatnya pada bulan Februari. Dia mengatakan Khan berjanji partainya akan mengusir Dubes Prancis sebelum 20 April atas publikasi penggambaran Nabi Islam di Prancis. Namun, pemerintah menyatakan hanya berkomitmen untuk membahas masalah tersebut di DPR.
Kartun Nabi Muhammad
Rizvi muncul sebagai pemimpin partai Tehreek-e-Labiak Pakistan pada November setelah kematian mendadak ayahnya, Khadim Hussein Rizvi. Partainya ingin pemerintah memboikot produk Prancis dan mengusir duta besar Prancis berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani pemerintah dengan pihak Rizvi pada Februari lalu.
Tehreek-e-Labiak dan partai-partai Islam lainnya mengecam Presiden Prancis, Emmanuel Macron, sejak Oktober tahun lalu, dengan mengatakan dia mencoba membela karikatur Nabi Muhammad sebagai kebebasan berekspresi. Komentar Macron muncul setelah seorang pemuda Muslim memenggal kepala seorang guru sekolah Prancis yang telah memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad di kelas.
Gambar-gambar itu telah diterbitkan ulang oleh majalah satir Charlie Hebdo untuk menandai pembukaan persidangan atas serangan mematikan tahun 2015 terhadap publikasi karikatur asli. Itu membuat marah banyak Muslim di Pakistan dan di tempat lain yang percaya penggambaran itu menghujat. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...