Ketika Bom Menyasar Euforia Olahraga
WASHINGTON D.C., SATUHARAPAN.COM - Pada masa silam, sebelum penyerangan bom di tengah berlangsungnya Lomba Maraton Boston, dunia olahraga internasional juga memiliki beberapa sejarah yang diwarnai penyerangan atau pengeboman.
Beberapa peristiwa itu antara lain, Olimpiade Munich yang digelar pada 5 September 1972, yang sekaligus menjadi awal sejarah kelabu akibat pembunuhan 11 orang yang terdiri dari atlet dan pelatih asal Israel. Pihak yang bertanggung jawab atas hal itu adalah kolompok militan yang berjumlah delapan orang dengan julukan Black September.
Peristiwa ke-2 adalah Olimpiade Atlanta tahun 1996. Delapan hari setelah pembukaan Olimpiade pada tanggal 27 Juli, Centennial Olympic Park menjadi saksi peledakan bom yang menyebabkan dua orang meninggal dunia dan ratusan luka-luka. Pelaku bernama Eric Rudolph, mantan ahli bahan peledak Angkatan Darat Amerika Serikat yang dihukum seumur hidup di penjara Colorado. Dia mengaku bom itu ditujukan untuk mengosongkan Centennial Park agar Olimpiade dihentikan sementara dan bukan untuk membunuh orang.
Pada tahun yang sama sebulan sebelumnya yaitu tanggal 5 Juni, bom seberat 1,5 kilogram meledak di tengah pusat perbelanjaan di kota Manchester dan melukai 200 orang. Saat itu Inggris menjadi tuan rumah Piala Eropa dengan jadwal pertandingan sehari setelah pengeboman yang adalah pertandingan sepak bola antara Jerman melawan Rusia. Tentara Republik Irlandia menjadi pihak yang bertanggung jawab atas hal itu.
Selanjutnya adalah bom Madrid 2002 pada tanggal 1 Mei. Dua bom mobil produksi kelompok sparatis ETA, meledak di dekat stadion Santiago Bernabeu dalam selisih waktu 30 menit dan berjarak 1,5 km. Meskipun tidak ada korban jiwa, peristiwa ini telah menyebabkan 17 orang luka berat. CNN memperkirakan ada 75.000 massa memenuhi kota itu untuk meramaikan final Piala Champion yang mempertemukan tim Real Madrid dan Barselona.
Kemudian, bom bunuh diri pada 6 April 2008 dalam lomba lari marathon di Srilanka. Korban yang meninggal berjumlah 15 orang termasuk diantaranya Menteri Perhubungan Jeyaraj Fernandopulle. Sedangkan yang mengalami luka-luka diperkirakan berjumlah ratusan orang. Pelakunya adalah tentara pembebasan Macan Tamil Elam.
Kembali ke tahun 2009 tepatnya pada 3 Maret, 12 orang bersenjata peluncur roket, senapan mesin, pistol dan granat menyerang Tim Kriket Sri Lanka sehingga menewaskan delapan orang. Tim asal Srilanka tersebut adalah satu dari tim yang memutuskan untuk menuntaskan pertandingan yang di gelar di Stadion Qaddafi Pakistan setelah tim India, Australia, dan Inggris menolak datang.
Kelompok militan al-Shabab yang memiliki kaitan dengan al-Qaeda meledakkan bom di daerah Kampala, Uganda pada 11 Juli 2011. Dalam peristiwa tersebut, New York Time melaporkan adanya korban meninggal berjumlah 50 orang. Saat itu di Uganda sedang diadakan pertandingan World Cup antara Spanyol dengan Belanda.
Editor : Wiwin Wirwidya Hendra
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...