Ketika Peluit Berbunyi, Berubahlah Negeri Itu
Semua dimulai dari diri sendiri.
SATUHARAPAN.COM – ”Cerita Cinderella” Afrika Selatan adalah riwayat kemenangan ”kepemimpinan dengan hati” atas akal-akalan politik. Ia adalah kisah spektakular dari langkah sederhana yang berdampak global. Ia juga kemenangan sebuah strategi out of the box yang digulirkan seorang sederhana berhati besar, Nelson Mandela, yang mampu mengubah sebuah bangsa. Jika ada daftar pendek berisi 100 nama tokoh dunia yang paling mengubah dunia sepanjang peradaban manusia, besar kemungkinan nama Mandela akan masuk dalamnya. Ia sungguh fenomenal. Ia merupakan bukti nyata bahwa mencintai musuh adalah buah kasih yang keluar dari hati bersih. Walau dipenjarakan selama 27 tahun oleh musuh-musuhnya, yaitu para oppressor dengan politik apartheid, yang menerapkan perbedaan hak atas dasar warna kulit, Nelson Mandela sama sekali tidak memendam rasa benci. Ia justru menjadikan musuhnya bagian yang sepadan dalam masyarakatnya bahkan pemerintahannya. Ia adalah tokoh rekonsiliasi teladan yang patut menjadi idola.
Kemampuan berpikir besar dalam kesederhanaan ditunjukkan Mandela ketika segera setelah menjadi Presiden, ia menjadikan arena rugby sebagai jalan menuju kebesaran bangsanya: bangsa Afrika Selatan harus menjadi juara rugby internasional. Ia meyakini, kebanggaan sebagai bangsa bisa bermula dari lapangan olahraga. Dari lapangan olahraga juga dapat dibuktikan bahwa perbedaan ras tidak perlu menjadi pembatas karena setiap orang dapat bekerja sama jika memiliki komitmen untuk mencapai tujuan baik bersama.
Dan inilah cerita Cinderella itu: ketika dunia melihat bahwa di lapangan rugby, regu Springboks dari Afrika Selatan bisa bekerja sama sebagai tim tangguh tanpa adanya perbedaan antara kulit putih dengan kulit hitam, bahkan menjadi juara dunia, hanya lima tahun setelah rekonsiliasi bangsa itu. Mandela telah membuktikan bahwa kenegarawanan dengan kemurnian hati pada pemimpin negara, didukung oleh rakyat yang menaruh kepercayaan padanya merupakan kunci kebesaran sebuah bangsa. Ketika peluit kemenangan di lapangan rugby itu memastikan team Springboks Afrika Selatan menjadi dream team dunia, sesungguhnya seluruh negeri telah menjadi dream nation. Kebanggaan akan kebesaran bangsanya di arena olahraga telah mendorong seluruh masyarakatnya mencapai kemajuan bukan hanya di lapangan olahraga melainkan di berbagai bidang lain. Terbukti di kemudian hari Afrika Selatan berhasil menjadi negara berkekuatan ekonomi kedua terbesar se-Afrika. Sebuah perkembangan yang tak pernah terpikirkan oleh dunia yang menjadi saksi sejarah sebelum masa rekonsiliasi Afsel.
Sebagaimana dunia melihat fenomena ”pemimpin dengan hati” dalam diri Nelson Mandela, Indonesia saat ini juga memiliki sejumlah pemimpin yang sungguh-sungguh bekerja dengan hati. Kita melihat mereka di pemerintahan, di bidang ekonomi, di bidang sosial, di dunia kerja maupun luar kerja, tak terhitung jumlah dream teams negeri ini. Apresiasi di media bagi mereka juga tak kurang jumlahnya. Banyak hal besar akan bisa lahir dari bangsa besar ini, asalkan komitmen untuk mencapai tujuan baik bersama, tetap dijaga.
Berbagai peristiwa tentang perilaku negatif sejumlah politisi tak akan mampu menahan Indonesia menjadi dream nation jika setiap dream team negeri ini tak berpaling dari komitmen untuk menjadi yang terbaik. Para pemimpin yang menjalankan good governance, yaitu cara pengelolaan yang baik, seraya membangun tim yang tangguh dan kompeten, akan meningkatkan keberlangsungan menjadi kekuatan yang tak tergoyahkan. Tak perlu menunggu orang lain yang mengawali. Karena semua dimulai dari diri sendiri.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Sindikat Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Operasi Mulai ...
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM-Sindikat uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar te...