Ketua BPK Penabur, Ir Robert Robianto: Hadapi Tantangan dengan PKBN2K
Pada 19 Juli yang akan datang, Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur berusia 67 tahun. Berkaitan dengan perayaan ulang tahun tersebut, satuharapan.com berbincang-bincang dengan Ketua BPK Penabur Ir Robert Robianto, tentang tantangan yang harus dihadapi BPK Penabur untuk terus melangkah ke depan.
SATUHARAPAN.COM – Memasuki usia 67 tahun, tantangan besar yang dihadapi BPK Penabur bukannya menyurut (di dalam berbagai dokumen dan situs web resmi Badan Pendidikan Kristen Penabur, kata “Penabur” dituliskan dengan “PENABUR”, memakai huruf kapital, berkaitan dengan hak cipta, Red).
Perubahan besar keadaan sosial dan politik di negeri ini, perubahan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan, kecenderungan pasar, gaya hidup, era keterbukaan yang semakin nyata dampaknya melalui pasar bebas, serta pesatnya perkembangan teknologi informasi, menyebabkan BPK Penabur sebagai institusi pendidikan dan pelayanan pun dituntut terus berubah mengikuti perkembangan zaman.
Belakangan ini, bahkan mengemuka, tanpa dapat dihindarkan, berbagai persoalan berkaitan dengan kebangsaan, seperti juga diakui Ketua BPK Penabur Ir Robert Robianto. “Tantangan itu nyata. Pasti. Tidak mudah, tetapi harus kita hadapi,” kata Robert dalam perbincangan di kantornya di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, 20 Juni lalu.
Namun, Robert meyakini, pendidikan karakter berbasis nilai-nilai kristiani, PKBN2K, dapat menjawab persoalan-persoalan kebangsaan tersebut. “Nilai-nilai kristiani yang kita amini dan imani itu nilai-nilai universal,” ia mengemukakan dasar pemikirannya.
Nilai-nilai kristiani menjadi dasar utama dan menjiwai seluruh aktivitas di BPK Penabur. Nilai-nilai kristiani, menelusuri sejarah dan perkembangan BPK Penabur sejak awal keberadaannya pada 1950, merupakan dasar untuk membangun karakter, yang terus-menerus dipelajari dan diindahkan secara menyeluruh oleh insan BPK Penabur, muai dari pengurus, pendidik, tenaga kependidikan, maupun karyawan, dan ditanamkan secara tekun kepada anak didik. Sejak berdiri, BPK Penabur mengajarkan nilai-nilai tersebut secara formal ataupun informal.
Di dalam PKBN2K itu, Robert mencontohkan tertanam nilai-nilai kebangsaan, bersifat universal. Membuka-buka situs resmi, dapat dibaca nilai-nilai PKBN2K terdiri atas rendah hati, kebaikan, kesetiaan, kejujuran, ketekunan, ketaatan, keberanian, kepedulian, pengorbanan, penguasaan diri, sabar, murah hati. Keduabelas nilai itu sudah dipikirkan matang-matang oleh Bagian Kerohanian BPK Penabur, dan memang bukan sesuatu yang mudah untuk menginternalisasikannya ke dalam diri peserta didik.
Robert meyakini, dengan PKBN2K itu, seluruh jajaran BPK Penabur, bahu-membahu bersama-sama, dapat menghadapi tantangan berkaitan dengan persoalan kebangsaan itu sebaik-sebaiknya.
Robert mencontohkan terpilihnya Maria Felicia Gunawan dari SMAK Penabur Gading Serpong sebagai pembawa bendera pusaka di upacara 17 Agustus 2015 adalah bukti atau jawaban bahwa Tuhan sudah memberikan tanda-tanda BPK Penabur berada di jalur yang benar.
“Kalau kita imani itu, kita teruskan. Tantangan sebesar apa pun kalau kita sama-sama menanggungnya, saya yakin kita bisa hadapi bersama,” Robert menegaskan.
Pretasi Hampir di Semua Bidang
BPK Penabur mengusung moto “Iman, Ilmu, Pelayanan”. Namun, Robert dapat memahami adanya anggapan atau kesan selama ini BPK Penabur lebih memfokuskan perhatian ke ilmu, mengingat prestasi demi prestasi akademik yang diraih murid-muridnya. Bukan hanya dalam hal peringkat kelulusan, beberapa sekolah BPK Penabur tercatat sebagai langganan mencetak juara-juara berbagai ajang olimpiade, baik fisika, kimia, matematika, biologi, dan sebagainya.
Tetapi, Robert juga mengingatkan statistik yang menunjukkan BPK Penabur berprestasi di hampir semua bidang. Ia mencontohkan prestasi yang juga mampu diraih di bidang paduan suara, olahraga yang mencetak atlet nasional, dan seni. Juga bukan hanya murid, guru dan kepala sekolah di lingkungan BPK Penabur tak kalah dalam meraih prestasi. “Kami juga menyelenggarakan festival paduan suara,” Robert mencontohkan.
“Itu semua karena Tuhan memberkati Penabur demikian besar. Banyak talent di mana-mana,” ia menambahkan.
Nilai-nilai kristiani itu dimasukkan dalam setiap mata pelajaran, bahkan termasuk di pelajaran matematika. Tetapi, supaya porsi tentang kebangsaan, kebinekaan dan cinta Indonesia itu makin besar, Robert mengakui harus ada kegiatan yang didesain dengan baik. Bukan hanya untuk setiap jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak, namun juga bagi setiap person, termasuk murid pindahan baru yang bukan berasal dari lingkungan BPK Penabur.
“Kami ingin kualitas lulusan Penabur itu sama, memiliki rasa kebangsaan kuat, keimanan baik, kurang lebih akademiknya sesuai dengan standar Penabur, berkarakter baik, memiliki keinginan belajar, tidak egois, selalu punya positive thinking, ingin berbagi, banyak prestasi yang dilakukan,” Robert menjelaskan.
Ia mencontohkan bagaimana buah-buah PKBN2K tertanam dalam diri siswa BPK Penabur. Dari hasil melakukan perjalanan ke suatu desa yang kekurangan air, murid-murid berinisiatif mengumpulkan uang untuk membantu masyarakat agar lebih mudah mengakses air.
Murid-murid tergerak hatinya melihat kenyataan warga desa itu harus mengambil air dari tempat lain yang dipisahkan jurang yang dalam. “Anak-anak mikirnya gampang saja, mau pasang pipa pralon (untuk mengalirkan air, Red). Mereka mengumpulkan dana, terkumpul hingga Rp 15 juta. Nggak tahunya, begitu dikasih aliran air, pipa pralon jebol,” Robert mengisahkan.
“Akhirnya kami harus turun tangan. Keluar Rp 400 juta untuk membangun jembatan gantung supaya kuat. Tapi, ide itu mula-mula dari anak-anak, dari semangat anak-anak. Kami tidak ingin mematikan semangat dan cita-cita anak-anak. Di situ kami melihat PKBN2K itu ada hasilnya,” katanya.
Melalui contoh demi contoh, menjadi tugas jajaran pimpinan, guru, sekretariat, pengurus, untuk bisa terus mengobarkan dan menanamkan supaya nilai-nilai Pancasila terus tumbuh. “Saya yakin, kalau kita hadapi bersama, seberat apa pun akan bisa kita atasi, seperti tantangan yang sudah kita lewati selama ini,” ia menegaskan.
Robert optimistis mampu menghadapi persoalan itu. “Kita harus percaya. Kalau Tuhan sudah menolong kita sampai saat ini, apa pun yang kita hadapi sekarang ini, itu adalah bagian dari yang harus kita alami,” katanya.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...